www.gudeg.net, Yogyakarta - Mulyana S. Gustama, seniman asal Kudus yang menetap di Jogja, menggelar pameran tunggalnya yang ketiga, bertajuk "Bahasa Sketsa". Berlokasi di Tembi Rumah Budaya, pameran yang dibuka Rabu (14/2) ini akan digelar hingga 6 Maret 2018.
Di ruang pamer akan kita temui 40 karya sketsa yang menggambarkan heritage seperti karya berjudul “Gapura Makam Kotagede”, “Candi Prambanan”, “Plengkung Gading”, dan juga sketsa-sketsa tentang human interest seperti ”Ibu dan Tungku”, dan “Secangkir Kopi Muria”, dan “Hidup adalah Anugerah”. Sebagian besar karya-karya ini dibuat on the spot.
Tentang proses kreatifnya, Gustama menjelaskan, “Saya coba hadir di setiap tempat yang menurut saya ada nilai 'pembacaan' nya baik artistik dan culture, juga nilai memorable,” terangnya pada gudeg.net. Secara teknik, ia menggunakan material ink, pencil, oilpastel, wastercolour dengan teknik campur (mixed media) dalam berbagai media seperti kertas, canvas, kayu dan media lain.
Dalam tulisan pengantarnya, Joseph Wiyono, perupa, mengatakan bahwa dalam obrolannya dengan Gustama mengenai proses kreatif dalam sketsa, mengemuka bagaimana proses itu adalah semacam laku hidup yang dijalaninya selaku pelaku, penyaksi, maupun pemikir kehidupan.
Tentang tajuk pameran, “Bahasa Sketsa”, Gustama mengatakan bahwa tema ini merupakan tema yang sangat umum, dan memiliki frame yang amat luas. Karya-karya dalam “Bahasa karya” merupakan eksplorasi awal pria lulusan ISI Yogyakarta tahun 1996 ini sekembalinya ke kota Jogja, setelah selama 15 tahun menetap dan berkesenian di Kota Kudus.
Dengan diselenggarakannya pameran ini, Gustama berharap masyarakat seni di Jogja dan masyarakat luas pada umumnya bisa mengapresiasi karya-karya sketsa yang ia presentasikan, sebagai karya utuh, karya jadi. “Inilah ruang apresiasi bersama. Juga, hal sketsa adalah hal yang mendasar, sebagai awal proses berkesenian seni rupa,” tuturnya.
Kirim Komentar