Gudeg.net – Bersama ruang-pegiat musik elektronik (electronic music) di Yogyakarta diantaranya Andreas Siagian (seniman lintas disiplin), Wok the Rock (Yes No Wave music), dan Lani Frau, bertempat di Komunitas Gayam 16, Selasa (6/5) sore Ari Wulu meluncurkan program bersama “Gaung Festival 2025”.
Dalam jumpa media Ari Wulu menjelaskan bahwa “Gaung Festival” sudah dimulai sejak Maret lalu dengan kegiatan Gaung Rumakit, dilanjutkan dengan dua hari Selasa-Rabu (6-7 Mei) dengan Gaung RTFM dan akan mengakhirinya pada bulan Agustus nanti dengan Gaung Gumaung.
“Agak panjang untuk sebuah festival yang biasanya berlangsung sekitar semingguan. Sengaja kami membuat rentang waktu pelaksanaan tersebut, harapannya program ini bisa teramplifikasi dalam lingkup yang lebih luas kepada publik dan menjangkau lebih luas bagi audiens sehingga sebuah festival bisa sustaine dengan keterlibatan aktif dari audiens yang lebih luas.” jelas Ari Wulu saat jumpa media Selasa (6/5) sore.
Rangkaian kegiatan Gaung Festival 2025 terdiri dari Gaung Rumakit yang sudah berlangsung pada 14 Maret dalam sebuah acara diskusi-musyawarah oleh para pegiat musik elektronik dan eksperimental untuk menggagas dan mengelola Gaung Festival dalam sebuah rangkaian linimasa program gaung.
Kegiatan berikutnya Gaung RTFM berupa diskusi publik yang mempertemukan pegiat musik elektronik dan eksperimental dengan masyarakat luas dalam bentuk dialog, diskusi, musyawarah untuk memantik pengembangan musik elektronik dan eksperimental yang relevan.
“RTFM sendiri mengambil dari frasa read the fucking manual yang populer di kalangan pegiat musik elektronik dan eksperimental untuk lebih mengenali dasar-dasar operasional peralatan musik elektronik sebelum berproses sehingga bisa melahirkan kreativitas tanpa batas. Makanya sering terdengar selorohan di antara kami saat menemukan kendala teknis dengan kalimat ‘baca buku manualnya dulu dong!’ ” jelas Wok the Rock saat jumpa media Selasa (6/5) sore.
Gaung RTFM kali ini menampilkan empat topik meliputi konsep penciptaan musik kontemporer, pengelolaan sound dalam pertunjukan, sejarah musik elektronik, dan edukasi alternatif di era internet.
Salon Gaung merupakan sebuah workshop yang dihelat pada 11-17 Agustus berfokus pada pengembangan ketrampilan teknis produksi audio, penciptaan karya, hingga tata kelola sehingga bisa memberikan kontribusi langsung bagi komunitas.
“Salon biasa diartikan memperindah karya. Namun bisa juga merujuk pada alat pengeras suara (speaker) berbentuk kotak dimana pada masa lalu untuk simpelnya orang-oang menyebut dengan nama salon. Prinsipnya pada Salon Gaung kita belajar bersama dengan komunitas-komunitas yang ada. Misalnya untuk melahirkan karya dalam sebuah acara dengan kekuatan sound system yang kecil sehingga suara yang dihasilkan sangat sederhana sebagai konsep dasarnya, kita belajar bersama setidaknya peralatan dan acaranya aman dan tidak membahayakan bagi semua pengunjung. Namun seandainya konsep yang dimaksudkan semisal menambahkan pencahayaan yang disambungkan dengan jaringan lampu penerangan jalan umum sehingga menjadi lebih hype, tentunya kita juga bersama-sama belajar agar itu dilakukan dengan memperhatikan keselatamatan agar peralatan maupun acara tetap proper.” jelas Ari.
Pada sesi akhir Gaung Festival akan digelar konser Gaung Gumaung pada 10-17 Agustus dalam sebuah acara yang mengamplifikasi seri konser musik, pelatar berjejaring, pameran, ruang dengar, serta pasar tiban. Acara yang direncanakan berlangsung tujuh hari tersebut bekerjasama dengan beragam komunitas dan ruang kolektif.
Informasi seputar pelaksanaan Gaung Festival 2025 bisa diakses pada laman https://majelisgaung.com/ dan akun Instagram @gauuuung.
Poster linimasa Gaung Festival 2025. (foto : official doc. Gaung Festival)
Kirim Komentar