Gudeg.net - Kerinduannya akan masa kecil dan sosok ibu, semua dituangkan di atas kanvas. Dua puluh Sembilan karya menggambarkan jumlah hari di bulan suci Ramadan, di mana pada bulan tersebut Nasirun menciptakan karya lukisan selepas sahur hingga menjelang subuh.
Karya-karya tersebut terpajang dengan rapi di Natan Art Space yang berlokasi di nDalem Natan Royal Heritage. Bertemakan “Wirid on Canvas” Nasirun mencoba menikmati bulan suci Ramadan secara produktif. Karena menurut Nasirun melukis juga merupakan ibadah, karena segala pekerjaan yang dilandasi dengan rasa senang dan ikhlas adalah termasuk salah satu ibadah.
“Dalam lukisan itu ada kandungan doa, moga-moga bisa bertemu dengan bulan Ramadan tahun depan dan melukis ini bukan suatu pekerjaan tapi keihklasan yang semuanya memerlukan proses,”tutur Nasirun sewaktu ditemui gudeg.net dalam pembukaan pameran yang berlangsung pada hari jumat, 29 Juni 2018.
Nasirun, sosok seorang seniman kelahiran Cilacap yang telah banyak malang melintang di dunia seni lukis. Telah banyak karyanya yang dipamerkan di dalam negeri maupun di luar negeri bahkan termasuk salah satu maestro seni rupa yang patut diperhitungkan. Pembawaannya yang ramah dalam menjawab satu persatu pertanyaan yang terlontar dari pengunjung membuat pengunjung mendengarkan dengan tekun apa yang dia ceritakan.
Karya Nasirun yang sebelumnya banyak bertemakan musik dan tokoh pewayangan namun dalam pameran kali ini lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta. Wirid dalam makna sehari-hari adalah membaca doa seusai ibadah salat, namun dalam karya Nasirun, wirid bermakna ritual ibadah kepada sang Pencipta yang dituangkan ke dalam sebuah lukisan.
Nasir Tamara selaku pemilik Natan Art Spce mengungkapkan “ Dua puluh sembilan hari, dua puluh Sembilan lukisan, mungkin ada kekuatan dari tuhan untuk bisa melakukan hal tersebut,” ungkapnya.
“Ibu malaikat tak bersayap” Salah satu karya yang menggambarkan kerinduannya akan sosok ibunda. “Ketika Ibu sudah tidak ada waktu pulang ke kampung halaman rasanya sudah beda, kerinduan itu pasti ada, ada ingatan mengenai masa dulu bersama keluarga” ungkap Nasirun.
“Dan bulan di atas rumah” menceritakan kegelisahannya akan bulan yang sudah tidak disapa lagi di mana jaman sekarang orang sudah mulai sibuk dengan diri sendiri terutama dengan gawainya. “Bulan di waktu saya kecil sangat bermakna sekali, sangat indah, kami bisa bermain suramanda yang terdapat ikatan permainan di dalam bulan purnama” tutup Nasirun.
Kita bisa menyaksikan pameran ini hingga 22 Juli 2018 di Natan Artspace yang terletak di Jalan Mondorakan no. 5A kotagede.
Kirim Komentar