Gudegnet- Meski tak banyak, jajanan lawas serabi kocor masih bertahan di tengah bermunculannya jajanan kekinian. Salah satu yang masih bertahan hingga kini adalah Serabi Kocor Bu Ngadinem, yang berlokasi di Jalan Bantul KM 6.
Bu Ngadinem berjualan di bangunan sederhana di tepi jalan Bantul, setiap hari mulai pukul 15.00 hingga sekitar pukul 19.00. Di tempat ini disediakan tikar untuk yang ingin makan di tempat.
Rasa serabi yang khas tak lepas dari alat-alat yang digunakan untuk membuatnya. Adonan serabi yang antara lain terbuat dari tepung beras, kelapa muda, dan garam masih diolah dengan menggunakan peralatan tradisional.
Baca juga: Bernostalgia di Serabi Kocor Mbah Padmo, Jajanan Tradisional Khas Jogja
Wajan dari tanah liat, anglo, dan proses membuatnya dengan kayu bakar. “Nguri-uri (melestarikan) makanan jaman dulu,” ucapnya. Menurutnya hal ini berpengaruh ke cita rasa serabi. “Iya (pengaruh). Kalau ini kan rasanya masih asli,” tuturnya lagi.
Bu Ngadinem mulai berjualan serabi kocor sejak krisis moneter melanda sekitar tahun 1998. “Butuhnya semakin banyak, terus punya pikiran untuk membuat usaha,” tuturnya ketika berbincang dengan GudegNet Rabu (4/7).
Serabi disajikan dalam mangkuk, disiram dengan kuahnya. Rasanya yang khas membuat penganan ini memiliki penggemarnya sendiri. Seperti Helga, karyawan swasta yang selalu menyempatkan mampir untuk menikmati serabi. “Dari dulu saya suka serabi. Jajanan ini sudah jarang juga,” katanya. Menurutnya, menyantap serabi ini juga cukup mengenyangkan karena bahannya terbuat dari tepung beras.
Selain serabi kocor, Bu Ngadinem juga menjual wedang bajigur. Harganya murah saja, baik serabi maupun wedang bajigur Rp 2500 per porsi.
Kirim Komentar