Seni & Budaya

Pameran Arsip Kopi: Pahit Manis Perjalanan Indonesia dan Kopi

Oleh : Trida Ch Dachriza / Senin, 17 September 2018 23:43
Pameran Arsip Kopi: Pahit Manis Perjalanan Indonesia dan Kopi
Daun kopi yang dibawa ke Pasar payakumbuh, Sumatera Barat. circa 1930. Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)-Gudegnet/Trida.


Gudeg.net - Indonesia dan kopi memiliki sejarah panjang bersama. Walaupun Indonesia adalah negara nomor empat pengekspor kopi terbesar, kopi bukanlah tanaman asli dari Indonesia. Sejarah panjang inilah yang diangkat oleh Program Studi Kearsipan Vokasi Universitas Gadjah Mada dalam Pameran Arsip Kopi yang diadakan 14-16 September 2018 di English Ivy Coffee.

Arsip penanaman kopi hingga pendistribusian dari tahun 1920an hingga masa kini dipamerkan selama tiga hari bersama ragam kegiatan lain seperti talkshow dan workshop kopi. Arsip yang dipamerkan berasal dari Dinas Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), BBAD Semarang, Buku, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Jawa Tengah, dan lainnya.


Dr. A.j. Ultee bersama karyawan Puslitkoka pada awal berdiri. circa 0921. Algemeen Landbow Syndicaat (1935).De Ber Cultures

Pameran ini merupakan bagian dari kegiatan tahunan Prodi Kearsipan. Setiap tahunnya, tema yang dipilih berbeda-beda.

“Tahun ini kami memilih kopi karena kopi sedang booming sekarang ini. Kami ingin masyarakat tidak hanya menikmati kopi saja, tapi juga tahu sejarah perkembangan kopi dari masa ke masa, sejak masuk ke Indonesia,” terang Agata Septiyana, Ketua Pelaksana Pameran Arsip Kopi.

Talkshow pada hari ke-dua menghadirkan J.J. Rizal dan Fadly Rahman. Topik yang dibicarakan adalah sejarah kopi. Dengan judul ‘Kopi Sebelum Ditanam Paksa’, dua sejarawan ini membicarakan bagaimana kopi telah mengubah cara hidup orang Indonesia dan dampaknya hingga saat ini.

Hal menarik lain yang dibicarakan adalah mengenai kualitas kopi Indonesia yang menurun sejak zaman kolonial. Hal ini berhubungan dengan kurangnya apresiasi pemerintah Indonesia terhadap ilmuwan. Di negara-negara maju, ilmuwan meneliti kopi dengan sangat cermat dan teliti mengenai variabel-variabel yang dapat mempengaruhi kualitas biji kopi. Di Indonesia, penelitian serupa dilakukan mandiri tanpa dukungan pemerintah.

“Sadar atau tidak sadar, ini adalah pengaruh dekolonialisme. Begitu Indonesia bebas dari Belanda, kita sangat tidak sabar untuk menanggalkan atribut kolonialisme,” ujar J.J. Rizal. Sayangnya dekolonialisme yang dilakukan sangat membabibuta, sehinngga tidak memperhitungkan mana yang sebenarnya merupakan keberuntungan untuk Indonesia sendiri.

Usai bincang-bincang kopi, acara dilanjutkan dengan workshop kopi bersama Andra Pradana. Workshop ini bertema seputar manual brewing.


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY 100,2 FM

    JOGJAFAMILY 100,2 FM

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    UNISI 104,5 FM

    UNISI 104,5 FM

    Unisi 104,5 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini