Gudeg.net- Daerah lereng Gunung Merapi dapat menjadi percontohan untuk petani kopi daerah Yogyakarta. Melalui Festival Kopi Merapi yang diselenggarakan oleh Pemerintah Sleman di Desa Pentingsari Umbulharjo Sleman,(26/9) terdapat beberapa Kelompok Tani yang ikut serta,salahsatunya adalah Kelompok Tani Tunas Harapan.
Kelompok Tani yang sudah berjalan sejak tahun 2008 dan beranggotakan sekitar 100 petani ini sudah banyak eksperimen. Salah satunya tehnik pembibitan sampai cara tanam dan perawatan pohon kopi yang baik. Kopi yang mereka hasilkan dari tehnik tersebut adalah Kopi Madu Merapi yang cukup dikenal oleh para penikmat kopi Yogyakarta.
Dengan lahan perkebunan yang hampir seluas 5 hektar pada ketinggian 600 mdpl di lereng Merapi,mereka menerapkan 3 sistem pembibitan yaitu biji,stek dan gabungan biji dan stek. Dengan sistem tersebut mereka menghasilkan kopi madu robusta dan arabica dengan kualitas yang cukup baik. Namun belum maksimal karena hanya menghasilkan 4-5 kuintal sekali panen. Dijual dengan harga antara Rp.40 ribu hingga Rp.100 ribu.
Supardi Pengawas sekaligus anggota Tunas Harapan mengatakan," Rasa madu yang dirasakan dari kopi kami ini berasal dari endapan abu vulkanik Gunung Merapi yang meletus tahun 2010 lalu di lahan kopi,"jelasnya. "Walaupun banyak juga dari lain desa di lereng Merapi,tetapi kopi madu ini menjadi kopi ciri khas dari Pentingsari dan kami telah menjual ke beberapa hotel di Yogyakarta dengan respon yang cukup baik" tambahnya.
Kendala yang mereka rasakan ialah edukasi dan penyama rataan harga kopi. Karena kopi mulai menjadi primadona baru terkadang harga antar petani atau kelompok tani belum bisa sama. Namun Tunas Harapan berencana terus menambah anggotanya agar nantinya warga di lereng Merapi dapat mengetahui bahwa menjadi petani kopi merupakan salahsatu cara menaikan perekonomian.
Dengan cara memberikan bimbingan dan penyuluhan hingga mengajarkan proses pembuatan kopi hingga layak jual kepada warga secara gratis bila ingin masuk menjadi anggota.
Inovasi terbaru dari kelompok ini adalah memproduksi kopi luwak. Dengan jumlah luwak sekitar 3 ekor mereka sudah bisa memanen kopi luwak hampir 1 Kg dalam jangka waktu satu bulan. Besar harapan mereka agar Pemerintah dapat terus hadir untuk mendampingi mereka untuk memajukan petani kopi di lereng Merapi.
"Kami inginnya nanti para petani di lereng Merapi makin bertambah setelah paham dan mengerti bahwa menjadi petani kopi sangat menjanjikan secara ekonomi,"Supardi menambahkan di akhir wawancara.
Kirim Komentar