Gudegnet - Taman Budaya Yogyakarta (TBY) kembali menyelenggarakan Gelar Karya Maestro pada Minggu, 28 Oktober 2018 pukul 19.30-22.00. Tahun ini, TBY mengangkat sosok pesinden Nyi Tjondrolukito.
Acara yang pertama kali berlangsung pada 2009 ini digelar untuk mengenang para maestro yang mempunyai karya monumental dan menawan. Tajuk penyelenggaraan kali ini adalah "Napak Tilas Nyi Tjondrolukito: Maestro Sinden Tak Biasa".
Dipilihnya Nyi Tjondrolukito pada gelaran kali ini karena tokoh sinden ini mempunyai ciri khas yang unik, teknik yang kuat, namun di sisi lain juga menimbulkan kontroversial.
Kontroversi tersebut munul karena banyak seniman menganggap, Nyi Tjondrolukito menyalahi aturan-aturan baku yang menjadi patokan dunia sinden Yogyakarta.
Hal ini tak membuat Nyi Tjondrolukito berhenti berkarya, namun justru mempunyai keyakinan bahwa teknik tersebut menarik dan akan diwariskan dan dilestarikan.
Dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan TBY pada September 2018 mengenai Nyi Tjondrolukito, muncul dialog bahwa teknik pesinden ini cukup sulit karena memulai nada dari atas dan menggabungkan isen-isen dengan srambahan.
Cengkoknya pun sangat unik. Nuansa dalam cengkoknya terdengar cukup kemayu dan genit namun tetap anggun dan dewasa. Kelebihan ini mungkin sulit ditiru oleh sinden lain.
Acara Gelar Karya Maestro ini akan dilaksanakan tanpa tiket. Akan tampil dua grup yang membawakan karya-karya Nyi Tjondrolukito yakni Omah Cangkem dan Bremara Laras.
Terinspirasi dari Pangkur Segara Kidul, Omah Cangkem yang dipimpin Pardiman Djoyonegoro akan mencoba menggali makna, menata nada, mengharmonikan etika dan estetika dalam dunia anak-anak dan remaja.
Sedangkan Bremara Laras akan menyajikan dua repertoar, antara lain Gending Winduaj, dan Jineman Uler Kambang.
Taman Budaya Yogyakarta berharap, cengkok Nyi Tjondrolukito menjadi acuan para sinden generasi muda selanjutnya, yang kemudian dapat dikembangkan sesuai dengan individu masing-masing.
Kirim Komentar