Gudegnet - Mahasiswa, dosen, hingga rektor UGM membawakan puisi di Balaiurung UGM Selasa (30/10) malam dalam acara UGM Berpuisi. Salah satu rangkaian Dies Natalis UGM ke-69 ini diharap menjadi ajang berkesenian dan silaturahmi.
Berpuisi dipilih karena puisi merupakan milik semua kalangan dan mampu menjadi sarana untuk mengguyubkan.
“Siapa saja bisa berpuisi, dari lapisan masyarakat apapun. Berpuisi bisa menjadi media perekat untuk silaturahmi,” ucap Novi Indrastuti, dosen Fakultas Ilmu Budaya yang juga ketua panitia acara ini, ditemui sebelum acara dimulai.
DI samping itu, dengan diadakannya acara ini Novi berharap, nuansa berkesenian di lingkungan kampus dapat terasa kental.
Puisi-puisi yang dibacakan, berkaitan dengan bidang sains, teknologi, dan budaya. Tema-tema ini menyesuaikan dengan tema Dies Natalis 2018, yakni “Keunggulan Inovasi Sainteks UGM untuk Persatuan dan Kedaulatan Bangsa”.
Kurang lebih ada sekitar 35-40 penampil yang membawakan puisinya dalam acara yang digelar untuk pertama kalinya ini. Puisi yang dibacakan merupakan ciptaan sendiri.
Beberapa judul puisi tersebut antara lain Sabda Semesta karya Arif Budiman, Supramolekul karya Prof. Harno Dwi Pranowo, dan ada juga geguritan, puisi dala bahasa Jawa.
Rektor UGM, Panut Mulyono mengatakan, ia mengapresiasi kegiatan ini. “Dengan berpuisi, mudah-mudahan jiwa kita selalui berenergi,” ucapnya saat memberikan sambutannya.
Usai menyampaikan sambutan dan membuka kegiatan ini, Panut membawakan puisi ciptaan istrinya dengan lantang dan ekspresif.
Pada kesempatan ini juga diluncurkan antologi puisi “Kepak Sayap” yang terdiri atas 211 puisi dan ditulis oleh mahasiswa FIB UGM yang terhimpun dalam Sanggar Lincak.
Secara resmi diluncurkan juga Forum UGM Berpuisi, yang akan menjadi wahana atau wadah berpuisi di lingkungan UGM. Acara UGM Berpusi sendiri diharap menjadi kegiatan yang berkelanjutan di tahun berikutnya.
Kirim Komentar