Gudegnet - Terang bulan jadul (jaman dulu) mengundang nostalgia. Bentuknya khas, toppingnya sederhana. Hingga kini jajanan ini tetap digemari.
Kuliner lawas ini dapat ditemui di beberapa tempat di Yogyakarta. Salah satunya di daerah Blimbingsari, tak jauh dari Sekolah Vokasi UGM. Yanto, salah satu penjual terang bulan jadul di tempat ini menceritakan, bersama rekan-rekannya sesama penjual jajanan ini ia berjualan di Yogyakarta sejak sekitar 6 bulan lalu.
Pria asli Lumajang Jawa Timur ini berjualan dengan sepeda onthel, dengan membawa kotak berwarna biru kehijauan di bagian belakangnya yang bertuliskan “Jajanan terang bulan djadoel”. Setiap harinya ia membawa 150 terang bulan. Ia berjualan di kawasan ini mulai pukul 13.00 hingga habis sekitar pukul 15.00 hingga 17.00.
Selain di tempat tersebut, rekan-rekan Yanto sesama penjual terang bulan jadul ada di Alun-alun utara, Alun-alun Selatan, Patangpuluhan, Alun-alun Selatan, Alun-alun Utara, juga sekitaran UNY.
Jajanan ini cukup digemari. Terkadang, pembeli mesti mengantri. Berbeda dengan terang bulan kekinian yang berbentuk lebih tebal dan topping beraneka ragam, topping terang bulan jadul lebih sederhana.
“Yang membedakan toppingya itu aja. Kalau yang sekarang ‘kan pakai selai, pakai keju. Kalau yang dulu, yang dibilang jadul itu cuma meses sama gula, susu. Kalau bentuknya beda-beda,” katanya, Rabu (9/1).
Bahan membuat jajanan ini cukup sederhana, antara lain tepung gandum, soda kue, dan fermipan. Harganya murah, Rp 6000 saja per buahnya. Jika ditambah selai, Rp 7000. “Makanan lawas, bersaing dengan yang sekarang,” ucapnya ramah.
Kirim Komentar