Gudeg.net- Tawur Agung Kesanga adalah prosesi keagamaan menjelang Hari Raya Nyepi yang merupakan sebuah momentum dimana kita melakukan introspeksi, mengenali diri sendiri agar kita lebih dekat kepada sang pencipta.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin pada saat membacakan isi pidato dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang berhalangan hadir pada Perayaan Tawur Agung Kesanga Nyepi Tahun Saka 1941 di Candi Prambanan, Rabu (6/3).
“Sepertinya lebih dapat merasuk dalam jiwa apabila Hari Raya Nyepi disebut Hari Suci Nyepi karena di hari Nyepi semua umat Hindu berdiam diri sebagai bagian dari Catur Brata Penyepian,” ujar Presiden RI melalui pidatonya yang dibacakan Lukman Hakim.
Presiden mengharapkan agar seluruh umat Hindu di Indonesia dapat menjalani aktivitas keseharian di masa yang akan datang bisa lebih baik kualitasnya daripada tahun-tahun sebelumnya. Terlebih memasuki tahun poliitik dimana akan ada pesta demokrasi pada 17 April mendatang.
“Meskipun memiliki perbedaan pilihan karena opsi-opsi yang ada, baik capres-cawapres, calon anggota legislatif tapi kita harus diikat dengan kesamaan pandangan bahwa hakekatnya kita ini satu keluarga besar satu bangsa,” ujar Presiden lagi.
Perayaan Hari Raya Nyepi pada tahun ini bertemakan ‘Dengan Catur Brata Penyepian Kita Sukseskan Pemilu 2019’. Dengan harapan pada Pemilu 2019 berlangsung dengan sukses dan para umat dapat memilih pemimpin yang benar-benar bermanfaat untuk Indonesia.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Wisnu Bawa Tenaya mengatakan harapannya agar umat Hindu se-Indonesia menyambut pemilu dengan merdeka dan gembira dan menjaga kesatuan dan persatuan NKRI.
“PHDI akan hadir untuk mendukung pemilihan umum tahun 2019 agar lancar, aman dan menghasilkan pemimpin terbaik bagi bangsa Indonesia dan jangan sampai ada perpecahan,” ungkapnya.
Nyepi juga diharpakan menjadi pengingat bagi kita untuk menjaga kerukunan antar umat beragama dan bernegara.
“Hanya dengan kerukunan kita bisa menghasilkan pemilu yang damai tanpa terpecah karena perbedaan ataupun intoleransi,” tegas Menag.
Kirim Komentar