Gudegnet — Pameran internasional Dewantara Triennale: Local Wisdom of Universality Exploaration masih diselenggarakan hingga tanggal 30 Maret 2019 mendatang. Pameran ini diadakan oleh Program Studi Pendidikan Seni Rupa (Prodi PSR), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (FKIP UST).
Bertempat di Bale Banjar, Sangkring Art Space, pameran ini diikuti oleh seniman dari tujuh negara; Amerika Serikat, Korea Selatan, Jerman, Inggris, Madagaskar, Malaysia, dan Indonesia. Karya-karya yang ditampilkasn dikurasi oleh Dr. Moh. Rusnoto Susanto dan Anton Lorenz.
“Pameran ini berupaya mempertentangkan perihal lokalitas, universalitas, organisme, dan hibriditas,” ujar Moh. Rusnoto Susanto dalam catatan kuratorialnya.
Dalam pameran ini kita dapat menemukan karya-karya berupa patung, lukisan, grafis, fotografi, kriya, logam, videografi, dan instalasi.
Dewantara Triennale adalah nama yang dipilih agar pameran ini semakin meneguhkan visi Ki Hadjar Dewantara yang selalu bersinggungan dengan pendidikan dan kebudayaan.
Anton Lorenz sebagai co-kurator juga menyampaikan bahwa sejak dunia memasuki era globalisasi, terjadi desentralisasi di dunia. Pengaruh dan kekuasaan telah berlalu dari ‘dunia barat’ (Amerika Serikat dan Eropa). Saat ini menurutnya, dunia sudah ‘multi-polar’, atau memiliki banyak kutub.
Keadaan ini membuat kebudayaan lokal bersaing dengan kebudayaan global untuk bertahan. Bisa jadi kondisi ini bermuara pada homogenisasi dengan skala global, atau sering diistilahkan sebagai ‘Mc-Donaldisasi’ (McDonaldization). Bisa juga menumbuhkan sub-kultur baru atau hybrida, atau disebut Lorenz sebagai ‘Glokalisasi’ (glocalization).
Dalam pameran ini seniman-seniman luar negeri mempresentasikan karya dengan nuansa penghayatan spiritualitas lokal dengan bahasa visual universalistik.
Kirim Komentar