Gudeg.net- Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal yang rutin dilakukan setiap datangnya Hari Raya Idulfitri. Grebeg Syawal merupakan sebuah prosesi tradisi yang kental akan budaya Jawa khususnya Yogyakarta.
Diawali dengan serangkaian doa yang dilakukan oleh ratusan abdi dalem di dalam keraton sebelum tujuh buah gunungan dikeluarkan. Tujuh Gunungan tersebut terdiri dari tiga buah Gunungan Kakung, Gunungan Estri, Gunungan Gepak, Gunungan Pawuhan.
Tujuh gunungan tersebut akan diarak menuju tiga lokasi yang berbeda yaitu lima buah gunungan dibawa menuju Masjid Gedhe Kauman, satu gunungan menuju Puro Pakualam dan satu buah menuju Kepatihan.
Penghulu Keraton Ngayogyakarta Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Ahmad Kamaludiningrat menyampaikan bahwa tujuh gunungan tersebut merupakan salah satu cara bersyukur Sang Raja yang dipersembahkan kepada rakyatnya.
“Gunungan yang lebih banyak berisikan hasil bumi ini berasal dari tanah Yogyakarta dan merupakan persembahan Ngarso Dalem Sri Sultan Hmaengkubuwono X kepada rakyatnya,” ujarnya di Pelataran Masjid Gedhe Kauman, Rabu (5/6).
Selain itu KRT Ahmad Kamaludiningrat menambahkan, gunungan juga sebagai simbol telah terlaksananya bulan Ramadan dengan baik dan lancar. Isi gunungan tidak hanya hasil bumi. Ada juga wajik serta makanan tradisional khas Keraton Yogyakarta.
“Sebelum diarak ke sejumlah tempat, tujuh gunungan diritualkan terlebih dahulu atau didoakan agar ada keberkahan yang dapat dibagikan juga kepada masyarakat,” tuturnya lagi.
Bagi masyarakat Yogyakarta hasil dari rayahan atau rebutan gunungan tersebut dapat membawa keberkahan tersendiri. Hal ini membuat ribuan warga selalu memadati lokasi grebeg yang selalu diselenggarakan sebanyak tiga kali dalam setahun.
“Dalam tradisi Keraton ada tiga acara grebeg yaitu Greberg Mulud (Maulid Nabi Muhammada SAW), Grebeg Besar (Iduladha) dan Grebeg Syawal (Idulfitri) dan yang terbesar adalah Grebeg Mulud, biasanya yang hadir lebih banyak dari ini,” ungkap KRT Ahmad Kamaludiningrat setelah acara.
Ibu Rumi berasal dari Bantul mengungkapkan, dirinya selalu menghadiri tradisi Grebeg Syawal dengan harapan mendapatkan isi dari gunungan.
“Hasil dari rayahan akan saya bawa pulang dan disimpan atau dipakai untuk mendatangkan keberkahan di tanah pertanian yang ada di rumah,” ungkapnya.
Ibu Rumi berharap tradisi grebeg ini tetap ada karena sebagaian dari masyarakat selalu saja ada yang berharap akan mendapatkan keberkahan dari Keraton atas hasil rayahan yang didapatkan.
Kirim Komentar