Gudeg.net—Memasuki bulan kemarau ini, suhu di Jogja turun cukup drastis, terutama pada malam hari. Bagi yang berdomisili di Jogja tentu merasakan perubahan ini, teruma mereka yang mengendarai motor.
Memasuki bulan Juni tercatat suhu terendah di DIY saat ini pada tanggal 17 Juni 2019, di mana suhu mencapai 19 derajat selsius. Tidak jauh dari prakiraan temperatur yang berada di 18-20 derajat selsius untuk titik terendah.
Stasiun Iklim (Staklim) Mlati, DIY, menyampaikan dalam akun media sosial resminya penyebab turunnya suhu di DIY.
“Adanya pergerakan massa udara dari Australia membawa massa udara dingin dan kering ke Asia melalui Indonesia,” cuitnya pekan lalu. Kita mengenal massa udara ini sebagai Moonson Dingin Australia. Bahkan di Dieng, Wonosobo, dilaporkan suhu mencapai minus delapan derajat selsius.
Selain itu, tutupan awan relatif sedikit dan pantulan panas dari bumi yang diterima dari sinar matahari tidak tertahan oleh awan. Melainkan langsung terbuang dan hilang ke angkasa.
Kandungan air dalam tanah juga menipis dengan minimnya hujan. Hal ini menyebabkan kandungan uap air di udara menjadi rendah. Kita dapat memperhatikan hasil perhitungan maupun perkiraan kelembaban udara yang cukup rendah.
Kondisi ini diperkirakan akan berlangsung hingga puncak musim kemarau di bulan Agustus nanti. Masyarakat diimbau untuk mewaspadai potensi penyakit pernafasan yang disebabkan oleh virus/bakteri.
Keadaan ini juga dapat menyebabkan kulit dan bibir mengering, mimisan, jika paparan dingin terjadi terus-menerus, suhu tubuh dapat ikut turun. Jadi, jika kita sedang beraktivitas di luar ruangan, terutama pada malam hari, waspadai hipotermia.
Warga diimbau untuk tidak memakai pendingin udara terlalu rendah, menggunakan krim pelembab kulit dan bibir, perhatikan kebutuhan cairan tubuh, dan menggunakan pakaian atau pelindung yang cukup saat berpergian.
Kirim Komentar