Gudeg.net- Festival Kebudayaan Yogyakarta 2019 menggelar sebuah pertunjukan teater dengan mnegankat cerita tentang kehidupan sosial manusia yang pernah terjadi di sekitar Kali Code Yogyakarta, Rabu (17/7).
Dengan judul Djembatan Gondolaju, FKY menncoba mengangkat kembali sebuah kisah yang berasal dari karya Nasjah Djamin. Teater yang disutradarai oleh dua lintas generasi ini menampilkan drama satu babak dengan durasi dua jam pertunjukan.
Djembatan Gondolaju digarap apik oleh dua sutradara yaitu Suharjoso SK dan sutradara anyar Agnes Christina dan menyuguhkan sebuah fragmen yang belum pernah disaksikan oleh mmasyarakat pada umumnya.
Kurator Pementasan Djembatan Gondolaju Irfanuddien Ghozali mengatakan, Djembatan Gondolaju merupakan naskah klasik asli dari Kota Yogyakarta.
““Dari sekian banyak naskah, Djembatan Gondolaju dipilih karena langka. Selain itu, naskah ini ditulis tahun 1957 ketika milestones Yogyakarta dimulai,” ujarnya.
Ia menambahkan, naskah Djemabatan Gondolajupun menggambarkan lanskap dan sejarah Kota Yogyakarta dan dari pementasan ini banyak pembelajaran yang bisa dipetik melalui sebuah naskah drama klasik itu.
Berceritakan tentang orang-orang yang berniat ingin bunuh diri di Jembatan Gondolayu karena berbbagai permasalahan seperti percintaan dan ekonomi. Namun pada akhirnya niat tersebut gagal karena bertemu dengan orang-orang yang mengajak mereka bicara.
Teater yang dilakonkan oleh Teater Gadjah Mada yang berkolaborasi dengan para pemain senior berhasil memukau penonton. Kostum dan make up vintage dan musik keroncong pun membantu untuk membawa pada masa ketika naskah ini dibuat, yaitu pada pada tahun 50-an.
“Para pemain muda dapat mempelajari metode teater tahun 70-an, dan Agnes (sutradara) bisa mendapatkan paparan dari pemain senior. Perwakilan sutradara masa kini dipilih perempuan karena belum ada sutradara teater perempuan,” tambah Sang kurator Irfanuddien.
Salah satu Sutradara Agnes Christina menuturkan, sebagai sutradara sutradara non-konvensional dirinya menempatkan eleman yang tinggal diminta oleh Pak Yos (Suharjoso SK).
“Saya lebih mengompromikan apa yang Pak Yos hadirkan dan menggunakan sumber yang sudah dipilih beliau. Misalnya, untuk musik. Beliau memilih musik keroncong, ya saya tinggal menyesuaikan meminta pemusik memainkan lagu yang pada bagian saya perlu dinyanyikan,” tuturnya.
Salah satu pemain Teater Gadjah Mada Harizka Tarigan yang berperan sebagi pelacur mengutarakan, untuk mendalami perannya, ia sempat melakukan observasi dengan sejumlah pelacur di Pasar Kembang.
“Ini saya lakukan agar mendapatkan apa yang benar-benara karakter dari peran yang saya mainkan, dengan tujuan agar maksimal. Karena peran yang saya mainkan disini walaupun dia pelacur, dia tetap memikirkan keselamatan orang lain ketika akan bunuh diri,” ungkapnya.
Pementasan teater Djembatan Gondolaju membuktikan bahwa kehidupan sosial di masa lalu tidak jauh berbeda dengan saat ini. Dimana kehidupan sosial dan perekonomian serta perasaan tetap menjadi bagian terpenting.
Kirim Komentar