Gudeg.net—Pembukaan Ngayogjazz 2019 telah berlangsung di Panggung Gentheng, panggung utama Ngayogjazz (16/11) pukul 14.00 WIB. Pembukaan ini dihadiri oleh Menteri Politik Hukum HAM Mahfud MD, Wakil Gubernur Paku Alam X yang mewakili Gubernur DI Yogyakarta, dan Bupati Sleman, Sri Purnomo.
Kesempatan ini juga dijadikan ucapan belasungkawa dan eulogi untuk motor utama Ngayogjazz, Djaduk Ferianto yang meninggal 13 November 2019 lalu. Eulogi disampaikan oleh Mahfud MD dan Paku Alam X.
“Saya senang bertukar pikiran dengan Djaduk. Walupun sering diucapkan dengan becanda, tetapi pemikirannya serius dan mendalam,” ujar Mahfud (16/11).
Di kesempatan yang sama, istri Djaduk, Bernadette Ratna Ika Sari, atau akrab dipanggil Petra menyerahkan karikatur potret Djaduk kepada Mahfud MD.
Sebagai gantinya, Mahfud menyerahkan tiga buah buku yang masing-masing diserahkan kepada Petra, Butet Kartaredjasa, kakak mendiang Djaduk Ferianto, dan Paku Alam X.
Dengan semangat, ceria, dan jenaka khas Ngayogjazz, panggung pembukaan berjalan meriah dan penuh canda tawa. Hal ini sesuai dengan apa yang dijanjikan salah satu inisiator Ngayogjazz, Hatta Kawa saat jumpa media Ngayogjazz di MICC Alana Hotel (14/11).
Pembukaan dilanjutkan oleh sambutan pernyataan dari gulungan kertas yang dikeluarkan komedian lawas, Marwoto yang ia keluarkan dari peti biola yang ia akui sebagai peninggalan WR Supratman sebagai lelucon.
Pernyataan ini dikatakan Marwoto sebagai pernyataan yang merupakan ide Djaduk. Isinya adalah pernyataan Sumpah Pemuda 1928 yang dipelesetkan di awal dan akhirannya.
“Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Dengan demikian, mari kita memulai Satu Nusa, Satu Jazz-nya,” serunya yang diakhiri dengan batuk dan gelak tawa penonton serta riuh tepuk tangan.
Kirim Komentar