Gudeg.net- Keributan tiga orang wanita mempergunjingkan seorang tetangganya bernama Siti yang telah ditinggal suaminya (Pian) pecah di perkampungan kumuh
Mereka tidak hentinya terus menghardik bahkan mencaci keluarga Siti yang hidup sangat miskin dan melakukan banyak kegiatan yang buruk.
Siti adalah seorang ibu yang hidup miskin dengan tiga orang anak yaitu Boy, Cantik, dan Isabela. Boy adalah pemakai narkoba dan pencuri, Cantik penggooda suami orang dan Isabela adalah bencong yang sering mangkal di pinggir jalan.
Selain mereka, Siti juga tinggal bersama mertuanya yang keras kepala dan gemar mencuri pakaian dan ayam tetangga untuk makan sekeluarga.
Tetangga selalu saja ada yang menggedor pintu rumah Siti, mulai dari penagih hutang suaminya, menjelek-jelakan Cantik karena menjadi penggoda lelaki, hingga memaki pekerjaan Isabela sebagai banci pangkalan.
Suami Siti, Pian sudah tidak peduli akan mereka hingga Sitilah yang menanggung beban hidup ke empat orang keluarganya. Pekerjaan apapun harus dilakukan demi mendapatkan uang dan sesuap nasi.
Hari berganti hari perselisihan terus terjadi didaerah kumuh itu dan semua tertuju pada Siti. Cacian, makian hingga kata-kata kotor dikeluarkan oleh para tetangganya. Itu yang membuat Siti putus asa dan memutuskan untuk gantung diri.
“Kalau hidup terus kaya gini, gue gakan kuat, semua ngehina, nyaci maki padahal mereka enggak tau gimana susahnya hidup gue karena ditinggal suami yang ga bertanggung jawab,” ujar Siti dalam dialognya.
Ketika Siti hendak gantung diri, datanglah Pincang sang penagih hutang membawa berita bahwa Pian suami Siti menang lotere 1 miliar dan seluruh isi kampung mengetahuinya.
Para tetangga drastis menjadi baik akan tetapi ada maksud dan tujuan yaitu agar mendapatkan bagian dari uang yang didapat Pian.
Itulah cerita dari karya seorang sastrawan ternama Indonesia Putu Wijaya berjudul HAH yang dipentaskan oleh Teater Terjal Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM).
Pementasan dengan set panggung perkampungan kumuh itu diselenggarakan di Auditorium Poerbatjaraka FIB UGM, Rabu (4/12) malam.
Ketua Teater Terjal R. Wibawa mengatakan, pentas teater ini merupakan panggung ekshibisi bagi para mahasiswa baru (maba) FIB UGM.
“Ini pentas teater mereka yang pertama tahun ini sekaligus sebagai pembelajaran mereka untuk membuat set panggung,” ujar Wibawa.
Wibawa menjelaskan, pementasan ini juga sebagai apresiasi atas salah satu karya Putu Wijaya yang sangat fenomenal dan sering dibawakan oleh teater lainnya.
“Kami harap maba ini nantinya dapat mengevaluasi hasil karya pertama mereka untuk dapat belajar lebih baik lagi ke depannya,” harapnya.
Sementara itu Ketua Unit Kemahasiswaan (KUK) FIB UGM Madam Mona mengapresiasi atas kerja keras Teater Terjal mempersipakan semuanya.
“Kerja keras mereka pasti akan menghasilkan pementasan yang bagus dan semoga para penonton dapat menikmati persembahan pertama mereka ini,” tutur Mona.
Kirim Komentar