Gudeg.net—Lima orang pemenang sayembara penulisan naskah teater telah dipilih dan diumumkan di Societet Militair, Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Kamis (24/10) malam.
Sayembara yang terakhir dilaksanakan 14 tahun lalu ini menasbihkan Raudal Tanjung Banua (Terbaik I/“Bubus”), Hernandes Saranela (Terbaik II/”Senja dan Penantian”), dan Adi Sri Wahyudi (Terbaik III/”Merayakan Kefanaan”) sebagai pemenang.
Selain tiga pemenang utama, dua nama dipilih sebagai pemenang harapan satu dan dua; Sahono Purwanto (”Payung Hitam yang Robek”), dan Mustofa W Hasyim (”Menggurat Zaman”).
Sayembara ini diadakan oleh Dinas Kebudayaan (Disbud) DI Yogyakarta sebagai bentuk pelestarian seni budaya, terutama pada penulisan naskah teater yang hingga saat ini belum tampak regenerasi yang signifikan.
“Kami menyambut baik lomba ini karena memunculkan banyak nama baru dan potensi karya yang memperkaya khazanah naskah lakon di DIY,” ungkap Aris Eko Nugoroho, Kepala Dinas Kebudayaan Yogyakarta saat membuka acara (24/10).
Sayembara dibuka bulan Maret 2019 silam dan diikuti oleh 45 peserta lintas generasi. Naskah-naskah ini disaring menjadi 10 finalis yang kemudian diambil lima naskah sebagai pemenang.
Dengan hadiah total 50 juta rupiah, pemenang menyabet jumlah hadiah yang menarik. Pemenang pertama mendapatkan Rp15 juta, kedua sebesar Rp12,5 juta, dan ketiga Rp10 juta. Harapan I dan II masing-masing menyabet Rp7,5 juta dan Rp5 juta.
Pengumuman pemenang ini juga dimeriahkan oleh pementasan teater dengan lakon "Perempuan-perempuan Pembebas" karya Indra Tranggono dan disutradai oleh Luwi Darto.
Dewan juri beranggotakan Drs Hamdy Salad MA, Dr Kus Yuliadi Mhum, Whani Darmawan, Rukman Rosadi Msn, dan Ibed Surgana Yuga Ssn. Mereka menilai bahwa karya yang masuk menunjukkan keragaman tema dan gaya yang cukup menarik.
“Menarik, mengamati persaingan penulis senior dangan junior. Mereka tampil dengan ide dan gaya ungkap yang memiliki keunikan. Ini menunjukkan dunia penulisan naskah lakon di Yogya cukup kaya,” ucap Whani Darmawan (24/10).
Kus Yuliadi menghargai upaya para peserta yang melakukan riset sosial dan pustaka dalam penulisan naskah lakon, sehingga karya yang dihasilkan logis dan berbasis data.
“Data saja tidak cukup. Penulis harus punya ide kuat dan mampu menciptakan intrinsik lakon serta kemampuan bahasa,” ungkap Kus lebih lanjut (24/10).
Menutup pidatonya, Aris Eko Nugroho berharap sayembara ini dapat menjadi pemicu agar penulis-penulis naskah teater baru dapat tergali potensinya.
Kirim Komentar