Berita

Rentetan Gempa Bumi 7 Juli Tidak Berkaitan Namun Harus Diwaspadai

Oleh : Trida Ch Dachriza / Selasa, 07 Juli 2020 18:10
Rentetan Gempa Bumi 7 Juli Tidak Berkaitan Namun Harus Diwaspadai
Titik gempa Selasa subuh, pukul 05.54 WIB di utara Jepara/dok. BMKG

Gudeg.net—Gempa yang terjadi beruntun pada hari ini, Selasa (7/7) tidak berhubungan dengan gempa yang terjadi di perairan Jawa, utara Jepara, yang terasa hingga ke daerah DI Yogyakarta pagi tadi pukul 05.54 WIB.

Hal ini disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam surat keterangan resmi yang ditandatangani oleh Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami, Rahmat Triyono, Selasa (7/7).

Setelah masyarakat di sejumlah area di Jawa termasuk DIY dikejutkan dengan gempa berkala M 6.1 pukul 05.54 WIB, kembali terjadi gempa di selatan Banten pada pukul 11.44 WIB berkekuatan M 5.1.

Berikutnya gempa berkekuatan M 5.0 terjadi di selatan Garut pukul 12.17 WIB. Terakhir gempa di selatan Selat Sunda berkekuatan M 5.2 terjadi pukul 13.16 WIB.

“Semuanya berasal dari sumber yang berbeda, kedalaman yang berbeda, dan juga berbeda mekanismenya,” ujar Rahmat dalam surat keterangan yang diterima Gudegnet (7/7).

Rahmat menjelaskan, apa yang terjadi di beberapa wilayah gempa tersebut adalah manifestasi pelepasan medan tegangan pada sumber gempa masing-masing.

Semua sumber gempa mengalami akumulasi medan tegangan masing-masing, mencapai stress maksimum, hingga selanjutnya mengalami rilis energi sebagai gempa juga masing-masing.

“Ini konsekuensi logis daerah dengan sumber gempa yang sangat aktif dan kompleks,” lanjut Rahmat.

Indonesia memiliki banyak sumber gempa, sehingga saat terjadi gempa yang relatif berdekatan baik dari segi lokasi maupun waktu terjadinya, maka itu hanya suatu kebetulan.

Rahmat mengaku bahwa rentetan gempa ini sulit untuk dijadikan dasar prediksi akan terjadi gempa besar. Tetapi adanya rentetan aktivitas gempa ini harus tetap diwaspadai.

Alasannya adalah dalam ilmu gempa atau seismologi, khususnya pada teori tipe gempa, ada tipe gempa besar yang kejadiannya diawali dengan gempa pendahuluan atau gempa pembuka.

Setiap gempa besar hampir dipastikan didahului dengan rentetan aktivitas gempa pembuka. Tetapi rentetan gempa yang terjadi di suatu wilayah juga belum tentu berakhir dengan munculnya gempa besar.

“Inilah karakteristik ilmu gempa yang memiliki ketidakpastian yang tinggi, yang penting juga untuk kita pahami,” ungkap Rahmat.

Gempa Banten selatan terjadi akibat adanya deformasi batuan pada slab Lempeng Indo-Australia di Zona Benioff di kedalaman 87 kilometer.

Sementara gempa selatan Garut dan selatan Selat Sunda dipicu oleh adanya deformasi batuan pada slab Lempeng Indo-Australia di Zona Megathrust.

Guncangan gempa M 5.1 yang bersumber di Lebak sangat dirasakan di Jakarta karena adanya fenomena efek tapak  (local site effect) . Hal ini mengakibatkan efek soft sedimen/tanah lunak  yang tebal di Jakarta memicu terjadinya resonansi gelombang gempa.

Akibatnya, gempa diamplifikasi guncangannya, sehingga wilayah Jakarta sangat merasakan gempa tersebut.

“Dalam teori gempa disebutkan bahwa dampak gempa tidak saja akibat magnitudo gempa dan jaraknya dari sumber gempa, tetapi kondisi geologi setempat sangat menentukan dampak gempa,” tutup Rahmat.


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    JIZ 89,5 FM

    JIZ 89,5 FM

    Jiz 89,5 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    GCD 98,6 FM

    GCD 98,6 FM

    Radio GCD 98,6 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini