Gudeg.net - Antusiasme masyarakat terhadap kopi yang sangat tinggi dewasa ini merupakan peluang besar bagi para petani kopi untuk meningkatkan taraf ekonomi dan kualitas produk kopi. Namun, mereka memiliki kendala dalam penanganan pascapanen.
Berawal dari hal tersebut, Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) yang didanai dari hibah Kemenristekdikti BRIN 2020, tergerak untuk meningkatkan kemampuan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sejahtera, Umbulharjo, Cangkringan Sleman, Yogyakarta dalam penanganan kopi pascapanen.
Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini sudah berlangsung sejak 8 Juni 2020. Kini, progres kegiatan ini sudah mencapai 70%. Pelatihan dilaksanakan empat kali secara daring dan satu kali secara tatap muka, dengan tetap menaati protokol kesehatan.
Gapoktan Sejahtera mengelola kebun kopi dengan luas sekitar 21.400 m2 di lereng Gunung Merapi. Mereka juga sudah mengolah produk kopi sendiri untuk dijual kepada masyarakat. Pada masa puncak panen, hasil panen kopi bisa mencapai 1500 kg/bulan.
Beberapa persoalan penanganan pascapanen yang ditemukan antara lain waktu pemanenan, cara fermentasi, proses pengeringan, penyangraian, dan cara pengemasan.
Selain memberikan pelatihan pengolahan pascapanen, Tim Pengabdian UAJY juga membangun green house (tempat pengeringan biji kopi) dan membantu penyediaan alat penyangrai.
Green house yang baru berukuran 9m x 5,6m x 3m, dibangun menggunakan galvanis dan baja ringan. Green house ini menggantikan green house lama yang kurang memadai dan sempit. Tempat pengeringan juga ditutup dengan plastik anti UV 14.
Dilengkapi dengan alat pendeteksi suhu dan kelembapan, green house yang baru dirancang agar proses pengeringan menjadi lebih higienis, sirkulasi udara menjadi lebih baik, kelembaban udara terjaga, dan suhu udara yang ideal untuk proses pengeringan dapat terjaga dengan baik.
“Selama ini, petani sering mengabaikan proses pengeringan. Sebenarnya salah satu kunci untuk menghasilkan kopi dengan cita rasa yang baik adalah menjaga kualitas proses pengeringan,” jelas Yuliana Reni Swasti, ketua hibah pendidikan yang juga dosen Prodi Biologi UAJY dalam keterangan tertulis yang diterima Gudegnet, Rabu (12/8).
Tim pengabdian juga melatih petani untuk proses penyangraian, di mana selama ini proses penyangraian hanya menggunakan wajan. Proses pengolahan semacam ini menjadikan volume biji kopi tidak dapat mengembang dan cita rasa kopi juga tidak terbentuk.
Di samping itu, tim pengabdian juga memberikan mesin penyangrai baru yang berkapasitas 1 kg. Dengan mesin tersebut, volume biji kopi yang disangrai bisa membesar, cita rasa kopi menjadi terbentuk, dan warna yang dihasilkan menjadi lebih seragam.
“Melalui pengabdian ini kami berharap agar kualitas kopi meningkat dan ekonomi masyarakat meningkat, sehingga dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat dan anggota kelompok tani,” ujar Reni.
Kirim Komentar