Gudeg.net—Gelaran akbar seni, Artjog edisi khusus, “Resilence” telah dibuka sejak 8 Agustus 2020 lalu. Setelah menunggu kabar baik dari panitia, akhirnya awak media diizinkan untuk mengunjungi pameran seni internasional ini, Sabtu (22/8).
Tema “Resilience” merupakan edisi khusus yang terlepas dari trilogi “Arts in Common” yang semestinya dilangsungkan dalam tiga tahun berturut-turut.
Datangnya pagebluk Covid-19 membuat insan seni di balik Artjog menciptakan tema darurat yang berkesinambungan dengan keadaan saat ini.
“Saya ingin Artjog ini menjadi pelopor pemulihan di masa pandemi agar pertunjukan seni tetap berjalan. Saya hubungi satu per satu deputinya (kedinasan),” kata Heri Pemad saat media gathering di Pulang ke Uttara The Icon, Sabtu (22/8).
Usahanya menghubungi kedinasan tak lain untuk meyakinkan bahwa Artjog dapat diselenggarakan tanpa mengundang kerumunan seperti layaknya kita lihat dari tahun ke tahun.
Menghindari terciptanya klaster baru, dan tentunya mengamankan diri panitia, serangkaian prosedur kunjungan dilaksanakan secara ketat.
Tidak ada tiket di tempat (on the spot), semua pengunjung yang ingin menyaksikan Artjog harus melaksanakan reservasi secara daring terlebih dahulu di website www.artjog.co.id.
Pengunjung akan dibagi sebanyak tiga sesi per harinya, pukul 10.00-12.00 WIB, 12.30-14.30 WIB, dan 15.00-17.00 WIB. Tiap sesinya akan dibatasi sebanyak 30-50 pengunjung saja. Rebutan? Pasti. Jadi pastikan sudah reservasi dari jauh hari.
Terutama jika berasal dari luar kota. Mau tidak mau, rencana perjalanan harus disesuaikan dengan reservasi yang didapat. Bukan hanya itu, pastikan membawa surat rapid test atau swab test dengan hasil negatif yang masih aktif masa berlakunya.
Jumlah 150 pengunjung per hari tentunya merupakan penurunan pesat jika dibandingkan dengan 2.500-3.500 pengunjung per hari di gelaran Artjog tahun lalu.
Tentunya kita dapat membayangkan sejumlah keluhan dan protes mengenai peraturan ini. Sebagian besar orang tentunya akan berpikir “ribet”, “menyusahkan”, atau bahkan “lebay” sekalipun.
Namun ini adalah hal yang baik. Perlu diingat, panitia pun ingin mengamankan dirinya sendiri, bukan hanya mengamankan pengunjung. Semua panita, yang terpotong lebih dari setengah daipada tahun sebelumnya, mengenakan masker, face shield, dan sarung tangan.
Serangkaian peraturan ini juga mampu menyaring penonton yang memang berniat dan antusias untuk menyaksikan dan mengapresiasi karya 75 seniman di Artjog:Resilience.
Keuntungan bagi yang benar-benar menikmati adalah pengalaman khusyuk melumat keindahan dan makna dibalik keindahan karya seni yang dipamerkan. Tanpa gangguan tongkat swafoto (yang sebenarnya tidak diperbolehkan), tanpa gangguan menyaksikan tangan jahil yang menyentuh karya yang tidak diperbolehkan disentuh.
Sungguh menjadi pengalaman yang syahdu menikmati karya dalam keheningan. Bagi yang sudah mendapat slot reservasi, tidak dapat mengubah atau datang di luar waktu/sesi yang sudah ditentukan. Datanglah tepat waktu, agar dalam dua jam dapat melihat semua karya.
“Kami akan membuka reservasi untuk publik di bulan Spetember. Kapan tepatnya, kami belum bisa pastikan. Saat ini kami masih uji coba di kalangan terbatas agar mendapat feedback bagaimana harusnya kami menjalankan pameran luring agar aman,” kata Gading Paksi, Manajer Program Artjog:Resilence 2020 di kesempatan yang sama.
Jadi, bersabarlah dan terus pantau kapan Artjog:Resilience dapat dikunjungi oleh publik. Sementara itu, pameran daring dapat disaksikan di website resmi Artjog. Serangkaian program Artjog seperti Meet the Artist dan Curratorial Tour juga dapat disimak jadwalnya, dan dapat diikuti secara daring pula.
Kirim Komentar