Gudeg.net—Buku-buku Balai Pustaka telah menemani masyarakat Indonesia sejak tahun 1917. Balai Pustaka telah menjadi saksi berbagai peristiwa sastra dan berbagai peristiwa lainnya di Indonesia.
Bagi sebagian orang, nama Balai Pustaka menjadi sinonim dengan masa sekolah. Bentara Budaya Yogyakarta (BBY) ingin mengingatkan kembali buku-buku roman lawas terbitan Balai Pustaka yang kian tenggelam dalam luapan karya sastra baru.
“Azab dan Sengsara” memamerkan sampul buku dan beberapa buku roman terbitan Balai Pustaka dari tahun 1920-1960.
“Periode ini dipilih karena merupakan periode penting dalam dunia sastra Indonesia,” jelas Yunanto Sutyastomo, Pengelola BBY sekaligus pemberi catatan kuratorial di pameran ini saat berbincang dengan Gudengnet, Selasa (1/9).
Judul “Azab dan Sengsara” sendiri merupakan novel karya Merari Siregar yang terbit pada tahun 1920. Karya ini merupakan sastra roman pertama yang pernah diterbitkan oleh Balai Pustaka.
“Banyak yang salah mengira terbitan pertama Balai Pustaka adalah Sitti Nurbaya,” lanjut Yunanto. Sitti Nurbaya sendiri ditulis oleh Marah Roesli dan terbit pertama pada tahun 1922.
Menurut Yunanto, salah satu bagian penting dari era novel roman ini adalah perwajahan. Perwajahan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, namun tidak semua perkembangan memiliki nilai lebih dibandingkan terbitan sebelumnya.
Wajah buku klasik pada terbitan awal Balai Pustaka menjadi semacam kunci yang membuka kisah seperti yang kita duga. Dugaan jalan cerita hampir tidak pernah meleset. Bahkan menjadi key memory saat membaca novel yang sama di kemudian hari.
Di masa sekarang ini adalah tantangan bagi penerbit buku untuk menerbitkan buku dengan perwajahan yang berkesan.
Buku-buku yang dipamerkan berasal dari arsip milik Balai Pustaka. Selain sampul asli dari terbitan pertama, kita juga akan menyaksikan kreasi ulang sampul buku-buku ini.
Tahun lalu sebelum pandemi melanda, BBY membuka open call bagi ilustrator untuk mendesain ulang sampul buku berdasarkan cerita novel. Sejumlah 30 sampul buku kreasi ulang dapat kita lihat di pameran ini.
Seharusnya pameran berlangsung di bulan Maret, namun Covid-19 membuat pameran ini harus ditunda. Pameran ini dapat disaksikan daring dari media sosial resmi BBY.
Kita bisa bertandang, namun harus reservasi terlebih dahulu sebelumnya melalui pesan jalur pribadi di Instagram Bentara Budaya Yogyakarta (@bentarabudayayk) atau datang langsung ke kantor BBY di Jalan Suroto No. 2 Kotabaru untuk di-sreening terlebih dahulu.
Pembukaan pameran ini dimeriahkan dengan pertunjukan musik oleh grup Larikan yang membawakan empat buah lagu.
Salah satunya berjudul “Riam” yang ditulis berdasarkan kisah Mariamin di bab pertama novel Azab dan Sengsara. Penampilan ini direkam dan ditayang ulang.
Kirim Komentar