Gudeg.net - Sejak kecil, Rudy tertarik dengan mobil-mobilan. Ketertarikan itu makin besar dan ketika ia menjalani masa studi di Amerika Serikat. Kini, tak kurang 5000 diecast menjadi koleksinya.
Ketika duduk di bangku SMP, ia bermain Tamiya yang memang sempat populer di tahun 1990-an. Ia mulai mengoleksi diecast hotwheel saat duduk di bangku SMA.
Ketika kuliah di Amerika, hobi tersebut makin terakomodir. Kebetulan, tak jauh dari tempat tinggalnya, terdapat warehouse berisi ratusan booth diecast.
“Di sana itu surganya diecast, karena murah banget,” tuturnya kepada Gudegnet, beberapa waktu lalu.
Terpengaruh teman-temannya, lama kelamaan, Rudy juga mencoba meng-custom diecast dengan belajar secara otodidak.
“Dulu hampir semua merk saya sikat. Belajar dari suhu-suhunya diecast, orang-orang bule, sesepuh, diajarin ‘kamu jangan sembarangan suka beli suka beli. Mulai belajar fokus,” kenangnya.
Ia mencontohkan, misalnya untuk diecast Jepang, ada Honda, Nisan, dan lain-lain. Ia sendiri mengoleksi Ferrari hingga saat ini.
Diecast Ferrari 312 P keluaran tahun 1969 menjadi koleksi kesayangannya. “Dulu pernah punya hilang, dan tahun lalu dapet lagi. Langsung flashback zaman kecil. Itu seri Ferrari racer, buat balapan yang pertama di dunia,” terangnya.
Hingga kini ia masih memburu diecast tersebut. Selain itu, diecast drag bus juga menjadi favoritnya. Ia juga mengoleksi diecast motor, dan Star Wars.
Ia menjelaskan, di dunia diecast ada isitilah raja, ratu, menteri, dan pion. Seorang temannya menyarankan untuk mengoleksi ‘raja’.
“Kalau mau ngumpulin, cari yang rajanya. Paling nggak menteri. Karena pion nilai valuenya tidak ada. Hanya sekedar koleksi, oke,” ucapnya menirukan kawannya. “Kalau ada yang bilang diecast itu investasi, itu betul, karena harganya naik,” tambahnya.
Ia memiliki akun Instagram khusus untuk koleksi diecast-nya, yakni di @dinggo.hobbies. Di antara penggiat diecast, ia dikenal sebagai Uncle Dyno atau Om Dinggo.
Selain mengoleksi diecast, Rudy memiliki hobi lain di bidang otomotif dan custom. Berbagai acara custom ia ikuti, termasuk ajang tahunan Kustomfest. Ia mengkombinasikan hobinya tersebut.
Berpartisipasi di ajang tahunan, Kustomfest, tahun lalu, di booth-nya ia tampilkan juga diecast, yang belum pernah ada sebelumnya. Di event itu ia membuat semacam “taman bermain” kecil, menghadirkan customizer dari luar daerah, yakni Bali.
“Kalau saya bawa di diecast, dunia per-kustoman ini, jalan harusnya. Karena banyak sekali teman-teman diecaster pinter ngustom. Indonesia rojone. Cuma mereka tidak punya ‘tempat bermain’. Kalo mau cari tempat bermain harus cari event dulu,” paparnya.
Dari event yang sama pada tahun yang berbeda, tepatnya 2017, lahirlah Dinggo, brand apparel miliknya bermula. Dalam menjalankan usaha ini ia melibatkan para pelaku UMKM. Koleksi apparel dapat dilihat di akun IG @dinggostore.
Lepas dari dunia otomotif, Rudy juga memiliki lain, yakni memasak. Dari hobinya yang satu ini, belum lama ini ia membuka sebuah kafe bernama Dyno Qudeta (@dynoqudetacafe).
Sedikit cerita hobi memasak bermula saat ia kuliah di Amerika. Untuk menghemat biaya hidup, ia memasak sendiri. Kemampuannya makin berkembang setelah mengikuti kursus.
Ia sendiri yang bertindak sebagai chef, termasuk memilih dan belanja bahan. Ia memilih bahan-bahan premium untuk menu-menu kafe yang dibuat tematik motor dan diecast tersebut. Terbuka untuk para penggiat komunitas, ia berharap kafe ini dapat menjadi tempat hang out sekaligus berbagi.
Kirim Komentar