Kuliner

Mengais Rupiah dari Potongan Buah

Oleh : Trida Ch Dachriza / Senin, 22 Maret 2021 20:00
Mengais Rupiah dari Potongan Buah
Pak Man, penjual lotis di kawasan Demangan-Gudegnet/Trida

Gudeg.net-Walaupun kegiatan perkuliahan tidak ada, lalu lalang mobil dan motor ramai di area Mrican. Pandemi tidak menghentikan denyut ekonomi di kawasan ini.

Di tengah hilir mudik tersebut, Pak Man duduk termenung di bawah panji-panji pohon tua Realino. Pria renta tersebut menumpang duduk di trotoar yang biasanya ramai dilewati mahasiswa dari Universitas Sanata Dharma atau Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Sebenarnya, umurnya tak terlalu renta. Ia tidak ingat persis kapan tahun dia lahir. Menurut ingatannya, 1957 atau '1950 berapa'. Namun, guratan di wajah dan tangannya menceritakan kisah hidupnya yang keras.

"Saya (mulai jualan) dari tarikan seratus perak. Gak tahu, ya, tahun berapa itu. Pokoknya masih (harga) beras 300," ceritanya sambil mengernyit dan membetulkan maskernya.

Seratus rupiah untuk satu porsi lotis (rujak di daerah lain) dan tiga ratus rupiah untuk satu liter beras. Berdasarkan upaya pencarian Gudegnet, harga beras ada di kisaran Rp300-an pada tahun 1986-1987. Harga beras per liternya Rp343 dan Rp383 (Saputra, Arifin, Kasymir, 2014).

Pak Man sempat berhenti berjualan lotis selama enam tahun. Dia menyebutnya 'libur'. Saat itu, ia berhenti berjualan karena gerobak lotisnya rusak. 
 
Ia dan istrinya pun memutuskan untuk membuka usaha penatu. Usaha ini cukup lancar. Pak Man pun tidak perlu lagi berkeliling untuk mengumpulkan uang. Ia membantu istrinya menjalankan usaha penatu itu.

Malang tak dapat ditolak. Pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia. Penatu yang biasanya bergantung pada mahasiswa tidak lagi dapat bertahan.

"Laundry-nya sepi. Jadi saya jualan lagi," cerita Pak Man sambil menyeka keringat di pelipisnya. Baru dua bulan belakangan ini ia kembali berjualan lotis.

Pria yang lahir di Purworejo ini tinggal di area Kepuh, Demangan. Setiap hari pukul 12.00 WIB, ia keluar mengayuh sepedanya menjajakan potongan-potongan buah dengan saus kacang.

Dari Kepuh dia berhenti sejenak di Pasar Demangan lalu ke area Mrican. Setelah merasa cukup memangkal, Pak Man lanjut mengayuhkan sepeda ke daerah Pringgodani lalu Papringan. Biasanya ia pulang pukul 17.00 WIB.

Sehari-hari penghasilannya tidak menentu. Jika hari sedang sepi, empat atau lima porsi lotis terjual. Jika sedang ramai, dia bisa menjual hingga 15 porsi lotis. Seporsinya ia jual seharga Rp10.000.
Tangannya masih lincah mengiris potongan buah walaupun sudah libur berjualan lotis selama enam tahun belakangan. Saus kacangnya pun enak, tidak terlalu manis dan terasa kacangnya.
 
Ada banyak 'Pak Man' lain di luar sana yang tergerus pandemi. Demi rupiah untuk bertahan hidup, mereka tidak lagi peduli akan umur dan tubuhnya. Barangkali kita bisa membantu meringankan beban mereka.
 
Jika melewati daerah yang biasa Pak Man lewati lalu menemukannya, berhentilah sejenak melepas penat sambil menikmati lotis Pak Man. Ia dapat dikenali dari sepeda yang diberi kotak putih di boncengan dengan tulisan 'jual lotis'. 

0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    IRADIO 88.7 FM YOGYAKARTA

    IRADIO 88.7 FM YOGYAKARTA

    100% Musik Indonesia, Cinta Musik Indonesia.


    GCD 98,6 FM

    GCD 98,6 FM

    Radio GCD 98,6 FM


    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini