Gudeg.net - Rumah Pembinaan Carolus Borromeus (RPCB) Syantikara dijadikan selter untuk menampung pasien yang kesulitan mendapat tempat untuk isolasi mandiri. Penerimaan pasien isolasi mandiri akan dimulai pada 1 Agustus 2021.
Selter Syantikara, Jalan Kolombo CT VII/ 001, Depok, Sleman, berkapasitas 82 kamar. Kamar tidur bisa digunakan untuk dua orang, dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi, area mencuci dan menjemur pakaian, alat pemantau kesehatan mandiri berupa pengukur tekanan darah digital, termometer dan oksimeter, juga pemenuhan asupan dan gizi.
"Peserta/ pasien isolasi mandiri tidak dipungut biaya," kata Birgitta Diah Juliati CB, dari Bidang Kesekretariatan Sheler Syantikara dalam keterangan tertulis, Selasa (20/7). Pasien bisa berkonsultasi pada penanggung jawab layanan melalui WhatsApp.
Birgitta menyampaikan, selter ini berawal dari keprihatinan Uskup Keuskupan Agung Semarang (KAS) Mgr. Robertus Rubiyatmo terkait merebaknya pasien yang terjangkit. Di satu sisi, Rumah Sakit serta pelayanan kesehatan kewalahan menampung pasien.
Uskup lalu mengajak para pimpinan Kongregasi dan Tarekat di KAS untuk menanggapi keprihatinan tersebut. Sr. Yustiana, CB selaku Provinsial Kongregasi CB kemudian menggandeng Pimpinan Yayasan Panti Rapih (YPR), Bp. Ir. Ambrosius Koesmargono, dan Pimpinan Yayasan Syantikara (YS) Bp. Drs. P. Didit Krisnadewara dan Sr. Krispiani Sukarwati, CB.
Bersama para Pimpinan Unit Karya RS di bawah naungan Yayasan Panti Rapih, dibentuklah panitia dengan Drg. Triputro Nugroho, M.Kes (Dirut RS Panti Rapih) dan dr Y. Agus Wijanarko, M.Kes (Dir. RS Panti Rini) sebagai ketua I dan II.
Tujuan dari selter Syantikara, kata Birgitta, adalah untuk memisahkan warga yang sehat dan yang sakit, mengurangi beban rumah sakit dan anggaran negara.
Selter ini, lanjutnya, utamanya diperuntukkan tenaga kesehatan yang memerlukan tempat isolasi mandiri dalam lingkungan jejaring Rumah Sakit CB di DIY, dan masyarakat sekitar yang memiliki keterbatasan fasilitas, sarana, dan prasarana untuk isolasi mandiri di rumah, keterbatasan sosial ekonomi dan yang berkesesakan hidup.
Birgitta melanjutkan, selter ini telah mendapatkan ijin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. "Pasien yang akan menghuni selter Syantikara diharapkan untuk memeriksakan diri ke Puskesmas Depok 1, Puskesmas Depok 2 atau Puskesmas Depok 3 karena selter berada di wilayah kecamatan Depok," kata Birgitta.
Jika hasil pemeriksaan menyatakan bahwa pasien termasuk Orang Tanpa Gejala (OTG) atau bergejala ringan dan masih beraktivitas normal, mengalami kendala dan keterbatasan isolasi mandiri di rumah, maka pihak puskesmas akan menghubungi selter Syantikara.
Jika terjadi penurunan kondisi selama menjalani isolasi mandiri, pasien akan dirujuk ke Rumah Sakit Rujukan Covid-19 untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Minimal waktu menjalani isolasi mandiri selama sepuluh hari, dan atau sudah dinyatakan oleh dokter berupa penerbitan Surat Keterangan Selesai Isolasi.
Untuk menunjang pelayanan yang baik dan aman, selter Syantikara juga mengundang para relawan untuk bergabung dan menjalankan misi belarasa ini dengan melibatkan jejaring CB yang ada.
Para relawan berasal dari berbagai institusi jejaring CB yaitu Srikandi Lintas Iman, Gusdurian, Solidaritas Perempuan, UIN, UNY, UAJY, USD, dan Para Alumni. Pada tahap pertama, terdapat 108 orang relawan.
Agar dapat memberikan pelayanan dengan baik dan aman, Tim Gugus Tugas dan relawan menerima pembekalan serta bimbingan teknis secara luring dan daring yang dilakukan secara maraton selama empat hari sejak 15 Juli 2021. Pembekalan dilakukan oleh RS Panti Rapih Yogyakarta dan SONJO.
Informasi lebih lanjut dapat dilihat di http://cb.berbagiberkat.org/.
Kirim Komentar