Kuliner

Pariboro: Kuliner Ndeso, Hamparan Sawah dan Perbukitan Menoreh

Oleh : Wirawan Kuncorojati / Rabu, 05 Januari 2022 14:30
Pariboro: Kuliner Ndeso, Hamparan Sawah dan Perbukitan Menoreh
Pariboro-Gudegnet/ Wirawan K


Gudeg.net - Pariboro, Kalibawang, Kulonprogo menawarkan pengalaman yang lengkap, menikmati suasana serta masakan pedesaan. Sembari menyantap menu ndeso, pengunjung disuguhi pemandangan menawan berupa hamparan sawah dan perbukitan Menoreh.

Jenis jangan (sayur) yang tersedia bergantung pada para pegawai. "Ada yang di rumahnya punya lompong, dia akan membawa lompong. Ada yang punya daun pepaya, nanti dibawa disayur di sini. Jadi istilahnya semua sayur ndeso yang biasa dibuat di rumahan wong ndeso ya tersaji di Pariboro,"  kata pemilik Pariboro Satyayoga Raniasta kepada Gudegnet, Selasa (4/1). 

Selain jangan lompong, antara lain ada jangan lodeh, bobor bayam, oseng kangkung, jangan gori, godhong singkong, hingga oseng terong. Pada hari biasa, ada 4-6 jenis sayur yang disajikan, sementara pada akhir pekan menu sayuran akan disajikan lebih lengkap, bisa mencapai sekitar 10 macam.

Pada daftar camilan, ada makanan khas Kulonprogo, geblek dan tempe sengek sebagai andalan, di samping mendoan, pisang goreng, dan yang lainnya. 

Jangan lompong, mangut, dan telur crispy menjadi masakan favorit. Menu mangut sendiri terdiri dari mangut lele dan mangut pe. Untuk minumnya, Teh Krampul menjadi salah satu minuman yang banyak dipesan. Menu tersebut adalah teh yang dipadu dengan jeruk beserta daunnya. 

Bangunan di resto yang mulai buka sejak 10 Desember 2020 ini semi terbuka, sehingga pengunjung bisa leluasa menikmati pemandangan. 

Di sini terdapat tiga bangunan bergaya Jawa 'omah kampung'. Selain bangku-bangku, masing-masing bangunan dilengkapi dengan amben. Selain banyak dikunjungi keluarga, tempat ini juga menjadi salah satu jujugan para pesepeda. 

Waktu terbaik yang direkomendasikan untuk berkunjung adalah pukul 7.00-9.00 di pagi hari dan pukul 15.00-18.00 di sore hari. Meski begitu, tak sedikit keluarga yang datang untuk bersantap siang.

"Pagi hawanya masih adem, terus embun kadang masih ada. Sore ambience-nya sudah mulai redup, matahari terbenam di belakang perbukitan Menoreh. Itu pancaran sinarnya bagus," kata Yoga. 

Suasana pedesaan makin kental saat musim tandur dan panen, ketika penduduk setempat membajak sawah atau memanen padi. Nama Pariboro sendiri diambil dari kata pari yang berarti padi, sedangkan Boro adalah nama desa setempat.

Untuk bersantap di sini tak perlu merogoh kocek dalam-dalam. Nasi sayur dapat dinikmati seharga Rp 10.000 saja. Menariknya, tempat ini menerapkan free refill untuk nasi dan semua macam sayur, sedangkan lauk dihitung per item.

Tempat ini buka setiap hari, pukul 8.00-20.00 pada hari Senin, pukul 8.00-24.00 pada Selasa-Jumat, dan pukul 07.00-24.00 pada Sabtu dan Minggu. Menu malam, yakni nasi dan bakmi goreng tersedia pukul 20.00-24.00. Jangan lupa, tetap terapkan protokol kesehatan saat berkunjung.

Yoga berharap, Pariboro bisa memberi kontribusi ke Desa Boro secara lebih luas. "Harapannya, nggak cuma berhenti bahwa Boro punya Pariboro tapi ke depannya bisa mengajak orang untuk dateng, dan pariwisata di Boro lainnya berkembang," katanya.

Desa Boro, lanjutnya, memiliki potensi wisata, seperti wisata sejarah sebagai desa misionaris. "Banyak yang bisa digali, dan diharapkan besok orang yang datang ke Pariboro juga bisa menikmati Boro secara lebih utuh," tandasnya.


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    GCD 98,6 FM

    GCD 98,6 FM

    Radio GCD 98,6 FM


    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    ARGOSOSRO FM 93,2

    ARGOSOSRO FM 93,2

    Argososro 93,2 FM


    SWADESI ADHILOKA

    SWADESI ADHILOKA

    Handayani FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini