Gudeg.net – “Anjing adalah sahabat manusia. Bagi mereka yang ada hanyalah cinta.” Pesan moral ringan, sederhana, dan jenaka dari bait dari lagu berjudul ‘Anjingku’ terdapat dalam mini album ‘Bersama’ yang dirilis kelompok musik Los Fungos pertengahan tahun lalu.
Berawal dari rehat di sela-sela kesibukan saat mengerjakan pesanan karya di Studio Stationer Jalan Perintis 2 No. 101, Cobongan, Ngestiharjo, Kasihan-Bantul, saat dunia dilanda pandemi Covid, seniman patung Fransgupita Renold dan Boedi Oetomo mengisi kejenuhan akibat pembatasan aktivitas masyarakat dengan memainkan instrumen gitar dan contrabass.
“Awalnya hanya sekedar menghibur kawan-kawan di sosmed saat pandemi, terus bergabung Heru Abu, disusul Iwank bersama teman-teman MulyaKarya (Danang dan Sandy), karena kebetulan penggarapan properti untuk acara Yogyakarta Komik Weeks 2020 "Dipendam Pandemi" dikerjakan di Studio Stasioner.” kata Renold kepada Gudeg.net saat peluncuran album Harmoni Alamku di Asmara coffe & art shop, Rabu (18/5) malam.
Dari semula hanya meng-cover lagu dan disebarluaskan melalui facebook di sela-sela aktivitasnya itu akhirnya setelah bertambah dua personil lagi Yon O Yonsen dan Lulus Boli, Desember 2020 mereka bersembilan memutuskan untuk membentuk kelompok musik Los Fungos dengan membuat lagu sendiri.
Personil lengkap "Los Fungos" terdiri Budi Oetomo (vokal-perkusi), Yudha Sandy (vokal), Danang Catur (gitar melodi), Erwan Iwank Hersisusanto (rhytm-melodi gitar), Laurentius Heru Widiawan (banjo), Lulus Boli Setio Wantono (ukulele-cuk), Fransgupita Renold (contrabass), dan Yon O Yonsen (kajon/ perkusi.).
Menariknya keseluruhan personil Los Fungos adalah seniman-perupa yang masih aktif berproses kreatif dalam seni rupa. Pada Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2021 Sandy membuat karya mural berjudul ‘Mataram Menang’ di Jalan Ibu Ruswo Yogyakarta. Danang Catur bersama kelompok seni Mulyakarya dikenal sebagai pegiat komik Yogyakarta dengan acara rutin Yogyakarta Komik Weeks (YKW), sementara Lulus Boli bersama Komunitas Grafis Minggiran hingga kini masih bergiat dengan acara dua tahunan Pekan Seni Grafis Yogyakarta (PSGY).
Sebuah karya stensil di atas lembaran seng yang dibuat Renold dengan sebuah kalimat terkenal dari legenda musik B.B. King I Never Use that word ‘Retire’ terpajang bersama karya-karya stensilnya di gigs Omah Cepit. Renold merupakan salah satu seniman patung yang kerap terlibat dalam Jogja Street Sculpture Projects (JSSP).
Mataram, Menang – mural - Yudha Sandy – 2021. (Foto : official doc. FKY 2021)
Palihan (instalasi) - mixed media – 3 m x 4 m - Duvrart Angelo dan Lulus Setio Wantono. (Foto: official doc. Art Program YIA).
“Lagu-lagu yang dihadirkan lebih bercerita tentang kehidupan keseharian pada umumnya di jaman sekarang, catatan perjalanan ke beberapa tempat di Indonesia, dan pengalaman-pengalaman pribadi personil dengan iringan musik akustik yang ringan dan riang.” ujar Boedi, Senin (30/5).
Dalam lagu ‘Balada Tanah Borneo’ misalnya yang dibuat saat mereka dalam perjalanan di pedalaman Kalimantan, dalam genre musik country-ballad yang ringan lagu ini diawali dan diakhiri dengan petikan sape' dengan menggunakan instrumen gitar akustik. Saat mereka berkunjung ke Maumere (NTB) lahir lagu ‘Atambua Gembira’ dan ‘Sukma Lia Cendana’.
Meskipun warna musik yang dibawakan kental dengan musik country-ballad dan juga hawaiian, namun mereka menolak disebut memilih genre musik tertentu. “Semua jenis musik ada dalam aransemen lagu yang kami buat. R&B, rock, keroncong, bahkan dangdut. Juga eksplorasi musik etnik nusantara pada lagu yang kami buat. Pilihan warna musik yang beragam supaya pendengar tidak bosan hanya mendengarkan satu genre musik saja.” imbuh Boedi.
Ada cerita menarik dibalik nama Los Fungos. Tempat dimana mereka latihan musik berada di sebelah rumah budidaya jamur. Mereka mengartikan, kata ‘los’ sebagai sebuah tempat yang luas, dalam hal ini adalah rumah dan sekitarnya. Sedangkan ‘fungos’ sendiri berasal dari bahasa Portugis, yang berarti jamur. Terlepas dari artikulasi Los Fungos itu sendiri, secara filosofis banyak hal yang bisa mereka pelajari dari jamur.
“Sejelek apapun tempatnya, entah itu di tumpukan sampah, di rawa-rawa, di tempat yang lembab, di kayu lapuk, atau dimanapun tumbuhan tidak bisa hidup, tapi jamur tetap bisa hidup. Kita manusia, seharusnya bisa beradaptasi dengan lingkungan apapun. Meski sekarang kita berada di lingkungan yang tidak kita mau, usahakan untuk bertahan dan teruslah tumbuh dari lingkungan itu. Jangan kalah dengan keadaan, teruslah tumbuh, dan melebat.” jelas Renold tentang semangat dari pembentukan kelompok musik Los Fungos.
Hingga saat ini Los Fungos telah memiliki satu mini album yang terdiri dari lima lagu serta album terbaru yang baru saja diluncurkan pada Rabu (18/5) berjudul ‘Harmoni Alamku’ di Asmara coffe & art shop.
Pada album terbaru tersebut memuat sepuluh lagu dalam format digital yang bisa diakses pada kanal musik Spotify @Los Fungos dan YouTube music @Los Fungos.
Cover album ‘Harmoni Alamku’. (Foto : official doc. Los Fungos)
Kirim Komentar