Gudeg.net - Kelompok musik asal Yogyakarta, Kuaetnika menyelenggarakan sebuah pergelaran musik untuk peringatan 1000 hari G. Djaduk Ferianto pada hari Senin, 8 Agustus 2022. Kuaetnika merasa ini adalah saat yang tepat untuk menghadirkan satu karya yang selama ini sudah ditabung. Pada pergelaran dengan judul "Umbul Donga" Kuaetnika akan merilis satu komposisi baru yang berjudul Panuntun.
Panuntun memiliki persamaan dengan seorang pemimpin, orang yang berada di depan yang bisa ditiru hal-hal baiknya, seperti halnya sebuah semboyan dari Ki Hadjar Dewantara yaitu ing ngarsa sung tulodho. Judul komposisi ini secara khusus didedikasikan kepada Djaduk Ferianto yang dianggap sebagai seorang pemimpin di Kuaetnika. Sosok figur yang selalu dekat dengan anggota Kuaetnika, teman, kolega dan siapa saja yang pernah bersinggungan dengannya. Panuntun secara khusus dibuat dengan memasukkan olah vokal Endah Laras yang juga pernah merasakan gojlokan tempaan ilmu tentang musik darinya.
Panuntun merupakan satu dari sembilan komposisi dari album Manitik, sebuah album yang digarap oleh Kuaetnika sejak tahun 2019. Manitik dimaknai dengan mencari jejak-jejak yang ditinggalkan oleh Djaduk Ferianto selama bersama-sama bergelut di dunia musik. Selama kurang lebih 25 tahun bergumul bersama dalam pencarian, perdebatan dan pergulatan dalam olah musik, tentu tidak sedikit yang didapat darinya. Album ini berisi kumpulan 9 komposisi dengan rangkaian karya baru disertai komposisi karya Djaduk Ferianto yang dikerjakan dan ditafsir ulang oleh Kuaetnika dan direncanakan akan rilis pada Ngayogjazz 2022 yang akan datang.
Selain satu komposisi baru, pada pergelaran ini ditampilkan juga komposisi Kuaetnika dan Djaduk Ferianto dari beberapa album sebelumnya, seperti Jawadwipa, Pesisir, dan Swarnadwipa dari album Gending Djaduk (2014), Merapi Horeg dari album Orkes Sumpeg (1997), dan Tresnaning Tiyang dari album Nusaswara (2010) yang turut dimeriahkan oleh Trie Utami. Secara khusus hadir juga Ajie Wartono (Board of Creative Ngayogjazz - rekan Djaduk Ferianto sebagai penghantar acara yang mengajak Pardiman Djoyonegoro, Jono Wiyoga, dan I Nyoman Cau Arsana untuk bercerita tentang perjalanan berkarya mereka ketika berproses bersama Kuaetnika. Petra (istri Djaduk Ferianto) juga turut menyapa tamu undangan serta memberi pesan dan harapan bagi teman-teman Kuaetnika, “teruslah tumbuh, tetaplah hidup.”
Kirim Komentar