Seni & Budaya

Jejalan Kisah Jalanan di je.ja.l.an

Oleh : Iwan Pribadi / Senin, 00 0000 00:00
Jejalan Kisah Jalanan di je.ja.l.an

je.ja.l.anAda hal yang sangat berbeda ketika pintu menuju ruangan untuk pentas teater tari je.ja.l.an mulai di buka untuk para pengunjung sekitar jam 20:00 WIB pada malam Minggu kemarin (17/05).

Penonton akan dikejutkan dengan tidak didapatinya susunan kursi untuk penonton yang berderet-deret dari belakang sampai ke depan panggung, juga tidak ditemuinya panggung yang biasanya dibuat lebih tinggi dari tempat penonton, bersiap menunggu pentas dimulai. Kalaupun ada meja dan kursi, itu adalah beberapa meja bundar dengan sejumlah kursi yang mengelilinginya dan terletak dipojok ruangan, untuk duduk para penonton undangan.

Pemandangan yang nampak dalam ruangan tersebut mungkin lebih nampak seperti sebuah pesta kostum --lengkap dengan pelayan-pelayan yang berkeliling menawarkan minuman-minuman di gelas dengan nampan--, yang mengusung tema kehidupan di jalanan. Setelah melewati pintu masuk, di sebelah kiri ruangan terdapat sebuah kotak seperti suatu etalase besar, yang di dalamnya nampak dua orang perempuan dengan pakaian seksi menggoda sedang merias diri dengan latar belakang tulisan "Harta & Surga". Ini mengingatkan situasi di pinggiran jalan di sekitar distrik lampu merah kota-kota besar, di mana sering terjadi jual beli jasa para perempuan PSK.

Di sebelah etalase tersebut, ada seorang perempuan yang tubuhnya dililit dengan kabel dan lampu-lampu yang berkelap-kelip, lengkap dengan koper yang diletakkan di samping kanannya, berdiri di depan microphone sambil bercerita dengan datar dan dingin tentang latar belakang serta pengalamannya menjadi pekerja di luar negeri. Di belakang perempuan yang bercerita itu, terlihat sebuah gerobak kecil dengan sebuah gulungan kasur di dalamnya, dan dari dalam gulungan kasur itu tersembul sepasang kaki manusia, yang nampaknya sudah meninggal.

Pada bagian lain, nampak pula seseorang yang mengingatkan kita akan para peminta sumbangan yang sering berpidato di tempat-tempat umum sambil menenteng-nenteng kotak sumbangan. Sementara tak jauh dari situ, ada seseorang yang mengamen dengan menggunakan tape portable sederhana, yang mengeluarkan suara mono, menyanyikan lagu-lagu berirama dangdut.

je.ja.l.an Pemandangan tersebut masih ditambah dengan adanya beberapa orang yang memakai seragam kamtib, memakai pakaian pekerja proyek lengkap dengan topinya, dan juga ada yang memakai baju oranye ala tukang parkir.

Hingga beberapa menit pertama semenjak masuk ruangan tersebut, para penonton masih belum mendapat gambaran yang jelas kira-kira seperti apa pertunjukkan akan dilangsungkan. Sampai akhirnya dari samping panggung muncul kelompok drumband lengkap dengan mayoretnya berbaris menuju tengah-tengah kerumunan penonton, hingga penonton terbagi menjadi  dua sisi, sementara tengah ruangan menjadi kosong.

Saat itulah pertunjukkan tersebut dimulai. Diawali dengan seorang aktor yang memberi sedikit penjelasan mengenai pertunjukkan ini, tentang posisi penonton yang dipersilahkan menempatkan diri di mana saja, boleh sambil duduk lesehan atau sambil berdiri, dan tentang beberapa penonton undangan yang duduk di kursi yang mengelilingi meja bundar di salah satu sudut ruangan.

Pertunjukkan yang berdurasi sekitar satu jam ini pun kemudian mengalir, silih berganti masing-masing aktor bergerak, menari, dan bercakap, saling memberikan gambaran mengenai kehidupan jalanan.

Jangan mengharapkan teater tari ini menggunakan jalan cerita seperti pertunjukkan teater-teater lain umumnya, yang terdiri atas: perkenalan - konflik - klimaks - penyelesaian - penutup. Karena nampaknya yang ingin ditampilkan adalah kepingan-kepingan berbagai macam kehidupan yang berkaitan dengan jalanan, sehingga yang ditangkap bukan hanya segaris kisah yang dapat dilihat bagian awal, tengah, dan akhirnya, akan tetapi sebuah gambaran besar tentang berbagai macam kehidupan dan konflik yang ada di jalanan, yang benar-benar --dalam artian positif-- dijejalkan ke pada penonton malam itu.

Sehingga jangan harap akan memperoleh sebuah cerita yang utuh di sini dan jangan pula mencoba memilah-milahkan mana yang pemeran utama, mana yang pemeran pembantu, bahkan dalam beberapa kesempatan, si stage manager pertunjukkan ini juga muncul dan "berakting" di tengah-tengah pentas.

je.ja.l.anPertunjukkan dari Teater Garasi yang digagas dan diwujudkan bersama oleh Yudi Ahmad Tajudin (sutradara), Mella Jaarsma (seniman visual), Ignatius Sugiarto (seniman cahaya), Risky Summerbee & The Honeythief (group musik), dan dengan para aktor/performer yang terdiri atas Bahrul Ulum, Bernadeta Verry Handayani, Citra Pratiwi, Erythrina Baskorowati, Jamaluddin Latif, Sri Qadariatin, serta Theodorus Christanto ini, merupakan pertunjukkan hari terakhir dari  dua hari pertunjukkan yang direncanakan di Taman Budaya Yogyakarta, yaitu tanggal 16 dan 17 Mei 2008, berikutnya pertunjukkan ini akan diadakan di Teater Luwes, Institut Kesenian Jakarta pada tanggal 23 dan 24 Mei 2008.

0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    JIZ 89,5 FM

    JIZ 89,5 FM

    Jiz 89,5 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    GCD 98,6 FM

    GCD 98,6 FM

    Radio GCD 98,6 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini