![Kethoprak Isoteris "Liang Cu Te Ai" (Sekar Kinasih) - Babad Kampung Pajeksan Kethoprak Isoteris "Liang Cu Te Ai" (Sekar Kinasih) - Babad Kampung Pajeksan](/images/upload/kethoprak_pajeksan.jpg)
Konon, nama Pajeksan itu diambil dari nama seorang jeksa (jaksa -red) bernama KPH Soedarisman Poerwokoesoemo yang oleh Kraton dihadiahi sebuah wilayah yang kemudian didiaminya yang kini disebut dengan Kampung Pajeksan.
Cerita tersebut, pada Minggu malam (03/07) oleh warga Kampung Pajeksan dipentaskan dalam sebuah panggung pertunjukkan Kethoprak Isoteris dengan dengan judul .
Kethoprak yang diberi embel-embel BLT (Bikin Langsung Tawa) ini memang mampu mengundang tawa ratusan warga Kampung Pajeksan yang malam itu berkumpul di sepanjang jalan kecil Kampung Pajeksan yang dari pagi hari telah ditutup untuk umum.
Layaknya pemain kethoprak sungguhan, puluhan warga Kampung Pajeksan malam itu memainkan perannya dengan sepenuh hati sesuai dengan apa yang telah mereka sepakati ketika latihan sejak berbulan-bulan yang lalu.
Terbukanya layar kuning dari sebuah panggung kecil sederhana di Jalan Pajeksan malam itu menandai dibukanya pentas kethoprak Babad Kampung Pajeksan yang sekaligus menutup program Babad Kampung FKY XX 2008 oleh sembilan kampung di Yogyakarta.
![](/images/upload/kethoprak_pajeksan1.jpg)
Setelah diumumkan ke seluruh penjuru Kadipaten Arangbungah dan kadipaten lainnya, sayembara pun digelar dengan mempertandingkan seluruh peserta yang telah terdaftar yang sebagian besar adalah adipati-adipati dari Kadipaten lain.
Dari hasil sayembara, tersisalah seorang adipati dari Kadipaten Wonowingit bernama Adipati Dudeng yang bertahan. Pada pertarungannya, Adipati Dudeng terbukti mempunyai kesaktian yang tidak dapat ditandingi oleh semua musuh-musuhnya yang akhirnya dapat dikalahkannya.
Karena tidak merasa mencintai Adipati Dudeng, Sekar Kinasih lalu menemui Yung Kan Lung untuk turut dalam sayembara. Namun, ternyata kesaktian Adipati Dudeng tidak juga dapat ditandingi oleh kekasihnya itu. Yung Kan Lung pun akhirnya menemui shifunya di perguruannya untuk meminta bantuan untuk dapat mengalahkan Adipati Dudeng.
Dengan sedikit tipu muslihat, sang guru akhirnya dapat membujuk Adipati Dudeng agar masuk ke dalam sebuah botol untu menunjukkan kesaktiannya. Setelah masuk, Adipati Dudeng yang ternyata adalah dari bangsa jin tidak dapat keluar lagi setelah botol tersebut ditutup oleh gurunya Yung Kan Lung. Dengan hasil tersebut, Yung Kan Lung berhak mendapatkan Sekar Kinasih dan hidup berbahagia setelahnya. Sang guru yang dapat menyelesaikan masalah, akhirnya dijadikan seorang jeksa (jaksa -red) yang mengilhami nama Kampung Pajeksan.
Kisah sederhana tersebut, malam itu ternyata mampu ditampilkan oleh warga Pajeksan yang terdiri dari etnis Cina, Madura, dan Jawa sehingga menjadi sebuah kisah yang memiliki makna lebih dalam. Pada sejumlah adegan, kethoprak dadakan ini juga menampilkan guyonan segar untuk sekadar menyindir dan mengingatkan semua orang untuk hidup jujur, selain tentunya guyonan khas kethoprak yang berbau saru.
Minimnya tata panggung, tata suara, dan tata cahaya yang ada sepertinya tidak mengurangi suasana guyub yang tercipta sepanjang pertunjukkan yang malam itu dihadiri oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, Wakil Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti, dan Kepala Badan Pariwisata Daerah DIY Tazbir.
Kirim Komentar