Banyak pro dan kontra akan keinginan Sultan untuk menjadi Presiden. Kegelisahan, kegembiraan dan ketakutan memang bercampur menjadi satu dalam gejolak pemikiran semua manusia yang terpusat pada keinginan Ngarso Dalem ini. Hal yang sangat biasa untuk sebuah keinginan yang luar biasa berani.
Besok, 28 Oktober 2008 akan digelar Pisowanan Agung di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Inilah saat-saat yang ditunggu masyarakat Jogja. Keinginan yang telah lama ditimbang-timbang oleh Sultan akan diputuskan dalam Pisowanan Agung besok. Masyarakat Jogja antusias, semuanya sudah dipersiapkan matang sampai ke bagian yang terkecil-kecilnya. Sekali lagi, Masyarakat Jogja malam ini berhak untuk tidak bisa tidur, terus terjaga menyambut esok. Ketidaksabaran menanti, menjadi satu kecemasan yang memang harus segera terobati.
Adalah Ibu Rubiniati seorang pedagang teh botol yang sering mangkal di depan Keraton Ngayogyakarta. Dari masa kepemimpinan Sultan Hamengku Buwono ke sembilan dia sudah mulai menjajakan kebutuhan untuk melepaskan dahaga itu. Tawa kecilnya mulai menyeruak ketika ditanya tentang Pisowanan yang akan digelar besok. "Maaf ya Mbak, kalau njawabnya nunak nunuk. Lha ndak sekolah kok," awalnya malu-malu. "Kalau saya belum tahu ya. Kan jawabannya masih besok. Pokoknya ya kita liat besok," jawabnya penuh harap.
Berbeda dengan Pak Mijan si pengayuh becak yang sudah 20 tahun mangkal di sekitar Keraton. "Kalau saya setuju Pak Sultan jadi Presiden. Lha wong Pak Sultan itu baik orangnya," jawab pak Mijan bersemangat. Ya, semangatnya tersirat dalam tatapan matanya yang tajam. Sudah bulat tekadnya untuk terus mendukung Ngarso Dalem. Apa pun yang terjadi. Sayangnya, ketika ditanya apakah besok turut hadir dalam Pisowanan, Pak mijan mengungkapkan, "Nggak. Narik becak Mbak. Lagian ya apa bisa saya ngomong sama Sultan. Saya kan cuman orang kecil."
Suasana Alun-alun utara yang belum dipadati dengan kesibukan panitia (mungkin karena masih terlalu pagi), belum bisa mengundang mata masyarakat Jogja kesana. Memang bukan persiapan yang dinanti rakyat tapi keputusan Sultan yang dinanti rakyat Jogja. Besok siang. Setelah panggung-panggung yang megah dibangun untuk berbagai macam atraksi budaya besok.
"Kalau saya pengen Presiden yang kayak Pak Harto. Sampah (orang kecil -red) kayak saya ini diperhatikan. Apa-apa murah. Semoga Pak Sultan bisa seperti itu," harap Pak Sumarman yang berdagang teh botol. Pak Sumarman berencana untuk menghadiri Pisowanan Agung besok. Isterinya tak diajak karena harus menggantikannya berjualan. "Saya Mau minta doa restu dari Pak Sultan supaya dagangan saya laku terus. Ya, saya cuma bisa berharap itu saja. Yang jelas Pak Sultan itu orangnya baik," tutupnya.
Ikon Ngarso Dalem sebagai pengayom masyarakat Jogja, tetap lekat sampai saat ini. Ini terbukti dengan tanggapan dari masyarakat kecil Jogja. Apa pun yang terjadi nanti masyarakat Jogja akan tetap mendukung Sultan. Dengan harapan Sultan masih mau bersentuhan dengan masyarakat kecil Jogja. Ya, itulah Sultan, tetap punya Kharisma yang tak bisa dilupakan masyarakat kecil begitu saja.
Mati urip ndherek Sultan!!
Besok, 28 Oktober 2008 akan digelar Pisowanan Agung di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Inilah saat-saat yang ditunggu masyarakat Jogja. Keinginan yang telah lama ditimbang-timbang oleh Sultan akan diputuskan dalam Pisowanan Agung besok. Masyarakat Jogja antusias, semuanya sudah dipersiapkan matang sampai ke bagian yang terkecil-kecilnya. Sekali lagi, Masyarakat Jogja malam ini berhak untuk tidak bisa tidur, terus terjaga menyambut esok. Ketidaksabaran menanti, menjadi satu kecemasan yang memang harus segera terobati.
Adalah Ibu Rubiniati seorang pedagang teh botol yang sering mangkal di depan Keraton Ngayogyakarta. Dari masa kepemimpinan Sultan Hamengku Buwono ke sembilan dia sudah mulai menjajakan kebutuhan untuk melepaskan dahaga itu. Tawa kecilnya mulai menyeruak ketika ditanya tentang Pisowanan yang akan digelar besok. "Maaf ya Mbak, kalau njawabnya nunak nunuk. Lha ndak sekolah kok," awalnya malu-malu. "Kalau saya belum tahu ya. Kan jawabannya masih besok. Pokoknya ya kita liat besok," jawabnya penuh harap.
Berbeda dengan Pak Mijan si pengayuh becak yang sudah 20 tahun mangkal di sekitar Keraton. "Kalau saya setuju Pak Sultan jadi Presiden. Lha wong Pak Sultan itu baik orangnya," jawab pak Mijan bersemangat. Ya, semangatnya tersirat dalam tatapan matanya yang tajam. Sudah bulat tekadnya untuk terus mendukung Ngarso Dalem. Apa pun yang terjadi. Sayangnya, ketika ditanya apakah besok turut hadir dalam Pisowanan, Pak mijan mengungkapkan, "Nggak. Narik becak Mbak. Lagian ya apa bisa saya ngomong sama Sultan. Saya kan cuman orang kecil."
Suasana Alun-alun utara yang belum dipadati dengan kesibukan panitia (mungkin karena masih terlalu pagi), belum bisa mengundang mata masyarakat Jogja kesana. Memang bukan persiapan yang dinanti rakyat tapi keputusan Sultan yang dinanti rakyat Jogja. Besok siang. Setelah panggung-panggung yang megah dibangun untuk berbagai macam atraksi budaya besok.
"Kalau saya pengen Presiden yang kayak Pak Harto. Sampah (orang kecil -red) kayak saya ini diperhatikan. Apa-apa murah. Semoga Pak Sultan bisa seperti itu," harap Pak Sumarman yang berdagang teh botol. Pak Sumarman berencana untuk menghadiri Pisowanan Agung besok. Isterinya tak diajak karena harus menggantikannya berjualan. "Saya Mau minta doa restu dari Pak Sultan supaya dagangan saya laku terus. Ya, saya cuma bisa berharap itu saja. Yang jelas Pak Sultan itu orangnya baik," tutupnya.
Ikon Ngarso Dalem sebagai pengayom masyarakat Jogja, tetap lekat sampai saat ini. Ini terbukti dengan tanggapan dari masyarakat kecil Jogja. Apa pun yang terjadi nanti masyarakat Jogja akan tetap mendukung Sultan. Dengan harapan Sultan masih mau bersentuhan dengan masyarakat kecil Jogja. Ya, itulah Sultan, tetap punya Kharisma yang tak bisa dilupakan masyarakat kecil begitu saja.
Mati urip ndherek Sultan!!
Kirim Komentar