Untuk meramaikan Dies Natalis yang ke-45, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Rabu (5/11) mengadakan Lomba Macapat untuk siswa SMA dan mahasiswa tingkat DIY.
Acara yang diselenggarakan pada 5-6 November 2008 di gedung 14 lantai dua Laboratorium Karawitan Fakultas Budaya dan Seni UNY ini siang tadi diikuti 22 peserta dari berbagai Sekolah Menengah Atas (SMA) di Yogyakarta. Untuk hari esok, lomba akan diikuti oleh mahasiswa-mahasiswa dari perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta.
Tembang klasik Jawa atau yang sering disebut dengan macapat merupakan salah satu budaya Jawa bernilai luhur yang harus tetap dilestarikan. Lagu Jawa tesebut terdiri dari sepuluh tembang yang mempunyai makna masing-masing.
"Macapat adalah lagu atau tembang klasik Jawa. Kita punya sepuluh tembang macapat yaitu Maskumambang, Mijil, Sinom, Kinanthi, Asmarandana, Gambuh, Dhandhanggula, Durma, Pangkur, Megatruh, Pocung. Sepuluh tembang itu punya arti sendiri-sendiri, "jelas Ketua Panitia Dies Natalis Fakultas Budaya dan Seni UNY, Anandayu Suri Ardini kepada GudegNet (05/11)
Dayu melihat, macapat sebagai kesenian Jawa sudah mulai hilang. Pengaruh globalisasi sekarang menyebabkan anak muda kita sudah tak mau lagi peduli akan kesenian dari daerah sendiri.
"Sasaran kita adalah anak muda. Makanya kita menyelenggarakan lomba macapat ini untuk tingkat SMA dan mahasiswa. Mereka yang ikut lomba ini juga memang mereka yang suka nembang," tutur Dayu lebih lanjut.
Lomba Macapat yang digelar siang itu menurut Dayu sudah sangat sukses. Banyak juri yang mengatakan bahwa semua peserta sudah menguasai teknik nembang dengan baik. Jarang ada yang fals. Juri pun bingung untuk memilih siapa yang berhak merebut gelar pemenang.
Pemenang lomba macapat akan diumumkan pada puncak acara tanggal 7 November 2008. Lomba ini memperebutkan piala dan juga uang pembinaan. Dengan diadakannya lomba macapat ini diharapkan agar anak muda saat ini mau tetap terus melestarikan budaya Indonesia agar tidak punah.
Acara yang diselenggarakan pada 5-6 November 2008 di gedung 14 lantai dua Laboratorium Karawitan Fakultas Budaya dan Seni UNY ini siang tadi diikuti 22 peserta dari berbagai Sekolah Menengah Atas (SMA) di Yogyakarta. Untuk hari esok, lomba akan diikuti oleh mahasiswa-mahasiswa dari perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta.
Tembang klasik Jawa atau yang sering disebut dengan macapat merupakan salah satu budaya Jawa bernilai luhur yang harus tetap dilestarikan. Lagu Jawa tesebut terdiri dari sepuluh tembang yang mempunyai makna masing-masing.
"Macapat adalah lagu atau tembang klasik Jawa. Kita punya sepuluh tembang macapat yaitu Maskumambang, Mijil, Sinom, Kinanthi, Asmarandana, Gambuh, Dhandhanggula, Durma, Pangkur, Megatruh, Pocung. Sepuluh tembang itu punya arti sendiri-sendiri, "jelas Ketua Panitia Dies Natalis Fakultas Budaya dan Seni UNY, Anandayu Suri Ardini kepada GudegNet (05/11)
Dayu melihat, macapat sebagai kesenian Jawa sudah mulai hilang. Pengaruh globalisasi sekarang menyebabkan anak muda kita sudah tak mau lagi peduli akan kesenian dari daerah sendiri.
"Sasaran kita adalah anak muda. Makanya kita menyelenggarakan lomba macapat ini untuk tingkat SMA dan mahasiswa. Mereka yang ikut lomba ini juga memang mereka yang suka nembang," tutur Dayu lebih lanjut.
Lomba Macapat yang digelar siang itu menurut Dayu sudah sangat sukses. Banyak juri yang mengatakan bahwa semua peserta sudah menguasai teknik nembang dengan baik. Jarang ada yang fals. Juri pun bingung untuk memilih siapa yang berhak merebut gelar pemenang.
Pemenang lomba macapat akan diumumkan pada puncak acara tanggal 7 November 2008. Lomba ini memperebutkan piala dan juga uang pembinaan. Dengan diadakannya lomba macapat ini diharapkan agar anak muda saat ini mau tetap terus melestarikan budaya Indonesia agar tidak punah.
Kirim Komentar