
Pusat Studi Pariwisata UGM bekerjasama dengan Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia mengadakan kegiatan training eko wisata yang melibatkan peserta yang berasal dari negara-negara Pasifik yang berjumlah 11 orang. Acara ini difasilitasi oleh Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia untuk melakukan kunjungan ke Yogyakarta yang ingin belajar mengenai eko wisata.
Rabu (27/04) telah dilaksanakan seminar internasional mengenai eco tourism dan Kamis
(28/04) 2011 dilaksanakan field trip ke Lava Tour, Museum Gunung Merapi, Ullen Sentalu, Kasongan dan terakhir di
Pantai Parang tritis. Negera yang menjadi peserta training eko wisata ini antara lain Samoa, Papua New Genea, Timor Teste dan
beberapa negara lainnya.
"Tujuan dari kegiatan ini tentunya kami ingin sharing tentang potensi, dan kami ingin
belajar bersama-sama dengan negara asia maupun pasifik tentang pengembangan eko wisata yang di khususkan pada eko wisata
kepulauan atau small island dan kaitan dengan isu perubahan iklim yang menjadi isu bahasan seminar internasional kemarin."
Ujar Destha Titi Raharjana, S.Sos., M.Si yang bertugas selaku peneliti di Pusat Studi Pariwisata UGM.


Eko wisata sendiri menurut Desta adalah bentuk wisata alam atau pariwisata ekologis untuk
melakukan perjalanan ke tempat natural yang belum terganggu. Tujuannya adalah untuk mempelajari dan menikmati pemandangan,
tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk atraksi budaya masyarakat yang ada.
"Kami akan memberikan penekanan pada aspek pengembangan di bidang ekonomi, yg berkaitan dengan
eko wisata dan juga pada manajemen produk ataupun aspek kelembagaan dan tidak kalah penting pula aspek dimensi sosial
kultural di masyarakat itu sebagai bagian dari eko wisata." Desta menambahkan bahwa dari semua pelatihan tersebut nantinya
akan diberikan oleh pemateri yang berkompeten.
Dari follow up training ini pihaknya berharap akan mendapatkan pembelajaran, baik
itu dari peserta maupun pelaku pariwisata di Yogyakarta. Walaupun karakter keadaan sangat berbeda, namun ia berharap apa yang
disajikan bisa menjadi pembanding untuk negara-negara di Pasifik tersebut. Kemudian dari beberapa negara peserta, mereka bisa
mengambil manfaat apa yang bisa diterapkan dengan kondisi ekosistem di sana dan tentunya bisa bermanfaat bagi semua pihak.
Kirim Komentar