Gudeg.net- Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY meluncurkan sebuah buku tentang pelestarian Warisan Budaya Cagar Budaya (WBCB) berjudul 'Keraton Yogyakarta Pusat Budaya Jawa'.
Buku yang bertujuan untuk mendokumentasikan dan mempublikasikan potensi cagar budaya Keraton Yogyakarta tersebut diluncurkan di Ruang Bima Kantor Dinas Kebudayaan DIY, Kamis (23/7).
Kepala Dinas Kebudayaan DIY Aris Eko Nugroho mengatakan, buku ini berisikan sejarah, makna filosofi, dan arsitektur bangunan Keraton Yogyakarta.
“Buku dengan tradisi luhur ini, sangat kuat dengan nilai budaya, bahasa, adat tradisi, seni dan benda, yang berasal dari Kasultanan dan Kadipaten Yogyakarta,” ujar Aris Eko Nugroho seusai peluncuran buku.
Buku Keraton Yogyakarta Pusat Budaya Jawa, bercerita tentang latar belakang sejarah Keraton, dimulai awal pecahnya Mataram Islam hingga perjuangan Pangeran Mangkubumi (raja pertama Keraton Yogyakarta).
Menurut Aris, di dalam buku tersebut juga diceritakan tentang konsep awal pembangunan Keraton yang penuh dengan pertimbangan matang dan detail.
“Pangeran Mangkubumi sebagai ahli arsitektur, berhasil mengkonsep Keraton dengan tetap memegang teguh ajaran filosofi historis yang kuat dan menghasilkan makna yang tersirat pada setiap bangunanannya,” jelasnya.
Nilai penting yang bisa diambil dari buku ini adalah proses aktualisasi dan ekspresi yang akan sangat mudah di terima dan ditransferkan kepada generasi saat ini.
Aris berharap pembahasan yang ada dalam buku setebal 308 halaman ini dapat menjadi bahan referensi bagi seluruh masyarakat yang ingin mengetahui secara detail sejarah Keraton Yogyakarta.
“Ini adalah buku yang menarik dan dapat dijadikan acuan serta menambah wawasan bagi kita yang memang konsen terhadap Kebudayaan Jawa, khususnya Keraton Yogyakarta,” harapnya.
Sementara itu di lokasi yang sama, sang penulis buku, Ir.Yuwono Sri Suwito menyampaikan, buku ini sengaja disusun untuk kepentingan pembelajaran dan pemahaman tentang Keraton Yogyakarta.
“Keraton Yogyakarta memiliki sejumlah aspek sejarah sangat kuat. Banyak detail budaya, filosofi hingga bangunan yang jarang ketahui khalayak ramai dan di dalam buku ini terpapar secara gamblang,” kata pria yang akrab disapa Romo Yu itu.
Sejarah Keraton mulai dari Tugu Pal Putih di ujung utara hingga Panggung Krapyak diujung selatan dapat tersadur lengkap dalam buku ini. Namun Romo Yu mengakui tidak semuanya dapat tercantumkan.
Dalam buku ini Romo Yu juga menuliskan detail arsitektur bangunan Keraton yang jarang diketahui seperti Joglo Lawakan, Joglo Sinom, Joglo Mangkurat, atau Limasan Jubungan, Limasan Teplok, Limasan Pacul Gowang dan Limasan Srotong dan lainnya.
“Terlalu banyak detail bangunan yang berhubungan dengan Keraton dan tidak dapat saya masukan semuanya, akan seberapa tebal nantinya? Dan rencananya akan diterbitkan pada buku edisi mendatang,” kata dia.
Peluncuran buku ini juga dihadiri oleh Parentah Hageng Keraton Yogyakarta KPH Yudahadiningrat, staf Pengembang Warisan Budaya Benda Dispar DIY dan Fotografer Dwi "Oblo" Prasetyo Budi.
Buku ini juga rencananya akan dibuat dalam versi berbahasa asing yaitu bahasa Inggris serta akan di digitalisasikan oleh Dinas Kebudayaan DIY.
Kirim Komentar