
Tadi pagi (16/04) merupakan awal para siswa-siswi SMA tersebut mengikuti Ujian Nasional
(UN) dengan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Monica beserta ke-28 siswa SMA "17" Yogyakarta mengikuti dengan semangat meski
memiliki banyak keterbatasan fasilitas pasca pembongkaran gedung oleh pihak ahli waris tanah.
Hanya ada meja, kursi, papan tulis yang telah sedikit terkoyak karena dimakan usia. Namun
Monica beserta teman-teman lainnya tetap tegar menghadapi ujian kehidupan itu. "Meski Kami memiliki banyak keterbatasan,
namun para guru, teman dan orang tua telah memberi kami semangat serta doa agar Kami sukses," ungkap gadis hitam manis kelas
12 IPS itu.
Sementara itu dilokasi yang sama, Waka Ur Kurikulum Dra. Nuniek Tasnim Haryani mengatakan
bahwa siswa-siswi SMA "17" Yogyakarta ini hebat-hebat. Pasalnya, dengan kondisi yang terbatas ini mereka tetap semangat
mengikuti ujian nasional. "Saya berpesan kepada siswa-siswi unutk fokus pada ujian mereka, jangan memikirkan yang lain,"
tukas ibu guru Bahasa Indonesia tersebut.


SMA "17" merupakan SMA yang ternyata memiliki sejarah cemerlang diera 70-80-an. Tercatat
seperti Hendry Yosos Diningrat pernah mengenyam pendidikan di SMA "17" setelah akhirnya pindah ke SMA De Britto. "Selain itu
banyak keluarga Alm. Pak Harto yang dari Kemusuk juga dulu ada yang sekolah disini," kenang Nuniek yang telah mengajar selama
30-an tahun di SMA "17".
Baik guru maupun murid tetap akan mempertahankan SMA "17" ini sebagi monumen hidup. "Kami
berharap ada kepedulian dari pihak terkait akan eksistensi SMA "17"," jelas Nuniek. Monica yang tadi pagi juga telah mengikuti
Unian Nasional dihari pertama juga terlihat riang. "Saya berpesan bagi teman-teman yang memiliki kasus serta keterbatasan
fasilitas yang sama dengan Kami, Saya berbesan agar terus menggantungkan cita-cita setinggi langit untuk masa depan nanti,"
pungkas Monica kepada Tim Gudegnet.
Kirim Komentar