kedatangannya seolah-olah membuka mata bahwa membuat gambar gerak suara tidak sesulit dalam bayangan. Sosok pemeran Film Sang Penari ini membantu membuatkan sinopsis, skenario, dan teknik peangabilan gambar. Pelatihan tersebut membuat Komunitas warga Ciwalu Bogor akhirnya mengenal bagaimana cara membuat film. Bagaimana kiprah sosial dan pendapatnya tentang perkembangan film di Jogja? simak liputan Seleb Page kali ini bersama Prisia Nasution.
Apa kabar Prisia, Senang ya bisa menjadi Juri di JAFF 2013 ini..
Iya baik, seneng banget bisa menjadi salah satu bagian kegiatan tahunan di Jogja, jujur saat saya diajak Ifa Ifansyah sangat kaget, namun karena passion saya ke film besar kemudian saya berani turut ambil bagian di JAFF 2013.
Kenapa kemudian berani ambil bagian di event ini?
Menurut saya JAFF merupakan sebuah acara yang komplit dan dapat menjadi wadah untuk mencurahkan kegelisahan terhadap berbagai permasalahan yang kerap terjadi sehari-hari.
Berkaitan dengan kegiatan sosial pernah tidak terlibat aksi ke masyarakat?
Belum lama ini saya pernah menjadi pengajar di Desa Ciwalu Bogor. Saat itu mereka bercerita bagaimana caranya membuat sesuatu yang dapat mempromosikan desa. Kemudian saya bilang kalau memang ingin memperkenalkan kampung, lebih enak jika dibuat gambar bergerak dan suara, sehingga diambil wadahnya yaitu film.
Ada kesulitan tidak mengajari pemula?
Kesulitan pasti ada, namun mereka mau belajar, akhirnya bisa membuat film sendiri. Ada satu yang saya sesalkan, penonton yang melihat film itu masih sebatas yang bikin aja, masyarakat sekitar masih memandang enteng apa itu film,mind set masyarakat sekitar akan film masih rendah. Melalui film sebenarnya ada banyak pesan yang ingin disampaikan ke terutama mengenai masalah sosial.
Pendapatmu mengenai perfilm-an di Jogja bagaimana?
Jogja sebagai kota pelajar menjadi gudangnya anak-anak kreatif. Sangat cocok bila anak muda Jogja belajar perfilm-an. Karena SDMnya keren-keren serta wadah untuk merealisasikan juga bagus, contohnya ya JAFF ini.
Kirim Komentar