Selamat siang dokter Wikan,
Saya Dhani, ibu rumah tangga. Saya sering mengikuti rubrik konsultasi kesehatan anak di www.gudeg.net tiap Jumat.
Langsung saja pak dokter. Begini, akhir-akhir ini Yogya udaranya buruk sekali. Debu-debu halus dari letusan Gunung Kelud beterbangan kemana-mana. Hal ini semakin parah saat siang hari. Kok ya ngga hujan-hujan to?
Saya kawatir akan kesehatan anak saya. Umurnya 3 tahun. Bagaimana ya dokter melindungi si kecil dari debu-debu ini? Katanya masker yang dijual bebas itu tidak bisa menyaring debu karena diperuntukkan bagi dokter bedah. Kalaupun terlanjur terhirup apakah debu itu berbahaya? Lalu bagaimana caranya "membersihkan" paru-paru si anak agar debu itu tak menumpuk? Adakah obat atau terapi yang bisa dilakukan?
Terima kasih.
Dhani, Purwanggan, Yogyakarta
Jawab:
Yth. bu Dhani
Terima kasih atas kiriman e-mailnya. Memang sekarang kita berada di dalam situasi yang sulit, karena bencana hujan abu vulkanik Gunung Kelud ini sangatlah merepotkan banyak pihak. Namun demikian, usaha kita semua untuk membersihkan abu dan melindungi diri terhadap risiko abu terhadap kesehatan yang telah dilakukan, layak diapresiasi dan diteruskan.
Bahaya abu vulkanik pada kesehatan anak, pada umumnya adalah menempelnya abu di mata, kulit dan terhirup ke jalan napas. Bahaya ini jauh lebih nyata, apabila mengenai anak yang memiliki sifat alergi atau meningkatnya kepekaan terhadap sesuatu yang dinamakan alergen, termasuk abu vulkanik. Pada anak yang tidak memiliki bakat alergi, bahayanya tidak berat dan tidak perlu dicemaskan.
Pada mata akan menimbulkan peradangan selaput mata (konjungtivitis), yang berupa mata merah, pegal dan keluar kotoran mata. Pada kulit akan menimbulkan peradangan kulit (urtikaria) atau buduren, yang dikeluhkan sebagai gatal dan timbul bercak kemerahan atau benjolan seperti pulau-pulau di daerah kulit yang datar. Abu yang terhirup ke jalan napas dapat menimbulkan peradangan saluran napas (rhino-bronkitis), yang dikeluhkan sebagai bersin, batuk, sesak napas dan sampai muntah-muntah.
Perlindungan terhadap bahaya abu untuk anak, termasuk dengan penggunaan kacamata, pakaian lengan panjang, celana panjang, topi, masker penutup hidung, dan mengurangi aktivitas di luar ruang, diharapkan akan mengurangi bahaya tersebut. Masker yang umum dijual atau dibagikan oleh relawan bantuan kemanusiaan, sudah cukup baik untuk melindungi anak. Memang para dokter bedah juga menggunakan masker serupa, saat melakukan tindakan bedah di RS. Mengajari anak menggunakan masker tersebut, tidak selamanya mudah dan kadang malah tidak berhasil.
Seandainya peradangan mata, kulit atau saluran napas sudah terjadi, pada keadaan awal tidak harus dicemaskan. Bersihkan dengan air hangat yang mengalir, pada bagian tubuh yang masih ada abunya. Berikan kompres hangat pada mata dan kulit, akan mengurangi ketidaknyamanan anak. Untuk peradangan yang lebih berat dan mengganggu, silakan mengunjungi dokter di layanan kesehatan terdekat. Pengelolaan saat awal terjadinya keluhan, pada umumnya tidak memerlukan obat dan jenis pelayanan medis yang mahal.
Demikian yang dapat saya jelaskan, semoga udara di Purwanggan dan Yogyakarta pada umumnya, segera bersih dari abu vulkanik. Dengan demikian putera bu Dhani akan dapat segera bebas bermain dengan teman sebayanya, secara lebih leluasa. Terima kasih.
Salam sehat,
DR. Dr. Fx. Wikan Indrarto, SpA
dokter spesialis anak, Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta
Silahkan kirimkan pertanyaan ke info@gudeg.net. Rubrik konsultasi kesehatan hadir tiap Senin, Rabu dan Jumat.
Kirim Komentar