Pertanyaan
Selamat pagi dokter Wikan,
Damai dan sejahtera selalu bersama dokter dan keluarga. Terima kasih atas kebaikannya berbagi ilmu kepada pembaca.
Begini dokter, dua hari yang lalu putri kami sesak napas. Umurnya 6 tahun. Sejak kecil dokter sudah mendiagnosa ia mempunyai potensi asma karena keturunan. Sebelumnya ia sudah pernah sesak (mengi) juga. Namun, kemarin lebih parah.
Jam 7 malam ia sesak, lalu kami "asap"-in sendiri menggunakan obat Ventolin. Ia jadi membaik. Lalu, jam 11 kambuh lagi. Kali ini lebih parah. Kulitnya sampai membiru. Ia lalu kami "asap"-in lagi. Akhirnya, ia bisa tidur, meski napasnya bunyi, ngik-ngik-ngik.
Jam 2 pagi ia sesak, lalu kami memutuskan membawanya ke IGD rumah sakit terdekat. Disana ia diberi oksigen selama hampir 1 jam. Dan akhirnya membaik sampai saya menulis email ini.
Kenapa ya dokter, kulitnya sampai membiru? Bahayakah itu? Lalu, adakah terapi, makanan atau olah raga yang bisa dilakukan agar ia jauh lebih baik? Anggap saja, serangan asma tidak bisa ditolak. Adakah cara agar asmanya tak bertambah parah?
Matur nuwun dokter. Berkah dalem.
Rivai, tinggal di Jombor
Jawaban
Kepada Yth. Bapak Rivai,
Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. Terima kasih atas kiriman e-mailnya.
Mencermati uraian Bapak Rivai, puteri bapak yang sekarang berusia 6 tahun, memang sangat mungkin memiliki asma. Saya menganjurkan agar puteri bapak diberikan pengertian secara berulang, tentunya sesuai dengan kematangan logika dan usianya, bahwa asma yang dimilikinya bukanlah penyakit, tetapi sebuah sifat atau karakter. Sebagaimana sifat pemarah, pemalu, pendiam, kreatif dan mudah iba atau berbela rasa yang diwariskan dari sebuah generasi kepada generasi berikutnya sesuai alur famili, sifat asma tersebut juga mengikuti alur yang serupa.
Dengan demikian, puteri bapak tidak akan merasa tertekan akan terjadinya keluhan sesak napas berulang seperti kemarin, tetapi justru akan lebih mudah diajak mengelolanya. Secara sederhana, sifat pemarah seseorang yang diwarisi dari keluarganya, akan terbawa sejak kecil sampai seumur hidup. Namun demikian, sifat pemarah itu akan manifes atau muncul sebagai sebuah kemarahan, tidak terjadi setiap hari.
Kemarahan hanya akan muncul apabila ada sesuatu hal yang sebenarnya oleh orang lain dianggap sepele, tetapi sangat mungkin dapat memicu kemarahan orang tersebut. Misalnya seorang bapak pemarah yang melihat sandalnya tidak ditata rapi di rak oleh pembantunya. Hal sepele seperti ini, bagi bapak yang lain tidak masalah, tetapi bagi bapak pemarah, dapat memicu kemarahan hebat (disebut pemicu), bahkan sepanjang hari. Oleh sebab itu, agar kemarahan bapak tersebut tidak muncul, ibu biasanya akan mengajari pembantunya untuk melakukan penataan sandal secara rapi, atau hal-hal lainnya lagi.
Saya berharap, bapak Rivai juga dapat menjelaskan kepada puteri bapak, untuk bersama-sama meneliti, mengingat dan memastikan pencetus atau pemicu kekambuhan asma. Agar sifat asma puteri Bapak Rivai tidak muncul atau kambuh, memang pemicu kekambuhan harus dipastikan, meskipun hal tersebut adalah hal sepele dan bagi orang lain tidak menimbulkan masalah, sebagaimana analogi bapak pemarah di atas. Memastikan pencetus asma pada anak, memang merupakan proses panjang yang kadang sulit. namun demikian, dengan bantuan bapak, ibu, saudara kandung atau pun pengasuh anak, pelan tetapi pasti pencetus kekambuhan akan dapat ditentukan.
Pengelolaan sifat asma sama dengan karakter pemarah. Pengelolaan utama dan yang paling penting adalah identifikasi dan penghindaran pencetus. Hal ini harus dilakukan setiap saat dan sepanjang usia anak. Pencetus asma sangatlah bervariasi, tetapi bersifat individual. Dengan ini berarti bahwa ada sangat banyak pencetus asma, baik makanan, minuman, suasana hati, kelelahan fisik, cuaca dingin dan lain-lainnya, tetapi pencetus tersebut berbeda antar anak asma. Pengelolaan ini disebut pencegahan. Pengelolaan lain adalah tindakan saat terjadi kekambuhan asma.
Terapi utama saat terjadi kekambuhan adalah obat hirupan, sebagaimana yang Bapak Rivai telah lakukan untuk puteri bapak, yaitu dengan di-asap-in. Terapi hirupan adalah memasukkan partikel obat ke jalan napas, bukan jalan makan (minum obat), dengan berbagai alat dan berbagai jenis obat. Penentuannya disesuaikan usia, tingkat keparahan serangan asma dan ketersediaan sumber daya.
Terjadinya warna kebiruan pada kulit menunjukkan bahwa oksigen di dalam darah tidak cukup memadai, sehingga tidak ada yang dapat didistribusikan ke tempat-tempat yang jauh dari jantung, misalnya kulit di ujung jari. Dengan napas yang bunyi ngik-ngik, sebagai penanda adanya penyempitan jalan napas. Keduanya menggambarkan keparahan serangan asma yang hebat.
Patokan sederhana adalah dengan pemberian 2 dosis terapi hirupan di rumah tidak ada kemajuan yang berarti, segera anak harus dibawa ke RS untuk mendapat tambahan terapi. Tindakan Bapak Rivai yang segera membawa puterinya ke UGD RS, pada saat terjadi serangan asma hebat, adalah tindakan yang tepat.
Pada anak usia di atas 7 tahun, saya menganjurkan untuk dilakukan pemeriksaan uji fungsi paru (spirometri). Pemeriksaan ini memerlukan koordinasi antara pemeriksa dan pasien, sehingga baru dapat dilakukan pada anak yang telah kooperatif. Biasanya, pasien saya yang sudah di atas 7 atau 8 tahun, telah mampu melakukan prosedur pemeriksaan ini. Dari hasil pemeriksaan spirometri tersebut, dapat ditentukan secara pasti derajad asma anak.
Untuk anak yang memiliki derajad asma yang lebih berat, program pencegahan serangan asma tidak hanya dengan identifikasi dan penghindaran pencetus saja, tetapi juga harus ditambahkan obat hirupan secara periodik. Inilah yang disebut dengan terapi pencegahan rutin dengan obat. Olah raga yang telah terbukti bermanfaat untuk pengembangan fungsi paru anak asma hanya ada 2, yaitu berenang dan senam asma. Makanan secara umum tidak ada yang difokuskan untuk memperbaiki karakter asma, kecuali menu makanan tertentu yang sudah terbukti bagi puteri Bapak Rivai sebagai pencetus kekambuhan asma, tentu saja menu tersebut harus dihindari.
Demikian yang dapat saya jelaskan. Semoga Bapak Rivai dan keluarga di Jombor, dapat mendampingi puteri bapak yang memiliki sifat asma, agar mampu untuk menjalani proses tumbuh dan berkembang dengan baik, sebagaimana teman sebayanya. Terima kasih.
Salam sehat,
DR. Dr. Fx. Wikan Indrarto, SpA
Dokter Spesialis Anak R.S. Bethesda
Kirim Komentar