Selamat pagi dokter Wikan,
Terima kasih mau berbagai kebaikan lewat rubrik konsultasinya.
Begini dokter, saya dan istri adalah pegawai. Setiap hari kami bekerja dari pukul 08.00 - 18.00 wib. Setiap pagi kami menitipkan anak dari pukul 08 - 15 di tempat penitipan anak di dekat kantor. Lalu, dari pukul 15 - 18.00 ada pengasuh lainnya yang merawat.
Nah, suami dari pengasuh kedua (15.00 - 18.00) adalah perokok. Meskipun saya tidak pernah melihat bapak itu merokok, kami sudah mewanti-wanti agar jangan merokok di dalam rumah. Ini karena putra kami yang umurnya 2 tahun punya riwayat batuk. Ibunya juga asma.
Akhir-akhir ini saya beberapa kali membaca artikel tentang bayi yang meninggal karena bapaknya perokok. Meskipun tak langsung, nikotin yang menempel di baju itu terhirup saat bapak itu memeluk bayinya. Berita ini yang bikin deg-deg-an.
Meskipun tak ada keluhan seperti batuk dan panas, sebaiknya apa yang mesti kami lakukan? Adakah tes tertentu untuk melihat kandungan nikotin dalam darah? Atau bagaimana sebaiknya?
Nuwun
Indra Gunawan, 32 tahun.
Jawab
Yth. Bapak Indra Gunawan,
Terima kasih atas kiriman e-mailnya.
Menitipkan anak di tempat penitipan, merupakan kecenderungan banyak keluarga jaman modern ini. Hal tersebut disebabkan karena kedua orangtuanya, bekerja di luar rumah, sejak pagi sampai sore hari. Penelitian menunjukkan banyaknya dampak penitipan, bagi kesehatan anak. Namun demikian, dampak positif dan manfaatnya tetap lebih banyak, dibandingkan dampak negatif dan kerugiannya, baik penitipan anak di negera maju, maupun di negara berkembang. Oleh sebab itu, saya tetap menganjurkan proses yang sudah terjadi ini, tetap diteruskan.
Perlu disadari, bahwa merokok tidak hanya membahayakan perokoknya saja, tetapi juga berdampak buruk terhadap orang-orang di sekitarnya yang disebut perokok pasif. Saya menganjurkan agar suami pengasuh anak tersebut, diberikan teguran dan peringatan berulang, agar tidak lupa. Apalagi, anak bapak terlahir dari ibu yang memiliki genetik asma, sehingga berisiko mengalami asma juga. Meskipun asap rokok jarang menjadi pencetus kekambuhan asma pada anak, tetapi paparan berulang dengan asap rokok, akan dapat mempercepat munculnya gejala klinis asma yang definitif.
Untuk itu, saya menganjurkan agar anak juga diperiksa lebih teliti oleh dokter, agar dapat diperkirakan, seberapa besar risiko menjadi asma. Kalau diperlukan, dokter akan memberikan obat dan beberapa saran secara detail, untuk mencegah terjadinya asma secara lebih dini. Pemeriksaan yang dilakukan dokter, biasanya tidak hanya pemeriksaan jasmani sewaktu anak batuk, tetapi juga pemeriksaan darah di laboratorium dan kadang dengan foto Rontgen dada. Pemeriksaan darah tidak ditujukan untuk menghitung kadar nikotin di dalam darah anak, tetapi biasanya direncanakan untuk menentukan seberapa besar bakat alergi pada anak.
Saya mengingatkan kita semua, agar tidak merokok dan memotivasi para perokok, agar menghentikan kebiasaan tersebut. Dengan demikian, kita semua akan hidup di alam dengan udara yang lebih sehat, juga untuk anak-anak kita. Terima kasih.
Salam sehat,
DR. Dr. Fx. Wikan Indrarto, SpA
dokter spesialis anak, Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta
Kirim Komentar