Simulasi Indentifikasi Virus Ebola dengan Thermal Scanner
Guna mengantisipasi masuknya Ebola di Indonesia, Guru Besar Jurusan Fisika Fakultas Teknik UGM, Prof Ir Sunarno M.Eng PhD mengajak sejumlah instansi untuk duduk bersama menentukan standar operasional penanganan virus yang hingga kini belum ada vaksin maupun obatnya itu.
Ebola sendiri merupakan penyakit yang ditemukan pada 1976 di Sudan serta di negara Republik Congo saat itu. Hingga tahun 2014, penyakit ini kembali merebak dan tak kurang telah menjatuhkan lebih dari 4.033 jiwa per 10 Oktober 2014 hasil rilis dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Peristiwa ini tidak boleh dipandang remeh mengingat dua negara tetangga yaitu Malaysia dan Australia telah ada suspek Ebola. "Melalui kegiatan ini, kami menginisiasi agar semua instansi membuat sopnya masing-masing, kepolisian, PMI dan perguruan tinggi membuat SOP untuk pengembangan alat," tukasnya pada rekan media (28/10) di Fakultas Fisika UGM.
Secara umum Ebola dapat menular melalui sentuhan. Barang yang terkena sentuhan penderita, lanjut Sunarno dapat pula menjadi transmitter virus. Hal inilah yang perlu diwaspadai karena penyakit ini tidak seperti penyakit yg lain. Upaya penyembuhannya pun sampai saat ini belum ada.
"Upaya paling gampang ya jaga diri, mengukuti perkembangan Ebola melalui internet agar setiap orang memahami," tambahnya.
Kegiatan pagi tadi juga mensimulasikan penanganan virus dengan Thermal Camera yang mengiidentifikasi suspek melalui suhu tubuh, memisahkan suspect, evakuasi, dan penanganan pasien.
"Kami ada Thermal Camera, harga alat ini sendiri Rp 110 juta dan untuk mendapatnya kita harus beli diluar negeri. Mengenai tingkat akurasi, alat ini sangat bagus bisa membaca hingga 0,1 derajat celcius dan alat ini finding otomatis, jadi bila ada orang yang memiliki suhu tinggi, maka alat ini akan terus mengikuti," terangnya.
Kirim Komentar