Minat alih aksara Jawa ke bahasa Indonesia rendah. Hal tersebut dibuktikan saat kegiatan Gelar Wisata Museum Sonobudoyo 2014 yang sedianya berlangsung 8 November mendatang yang masih sepi pendaftar. Lomba ini dibagi menjadi dua kategori strata pendidikan yaitu SD dan SMP. Hingga kemarin siang, panitia baru mendapat 20 peserta untuk SMP, dan 60 orang untuk pendaftar SD.
Demikian informasi tersebut diungkap oleh Dwi Agung H, staff Seksi, Bimbingan & Komunikasi, Museum Sonobudoyo Yogyakarta saat bertem u dengan Tim Gudegnet.
Menurutnya, pembelajaran semacam ini menjadi penting mengingat keinginan untuk mengalih aksara dari tulisan Jawa ke Indonesia rendah. "Dengan adanya kegiatan ini kami bermaksud selain mengedukasi peserta juga ingin turut melestarikan karya naskah yang ada di museum ini," jelasnya.
Menurut mantan staff pengajar jurusan Sastra Jawa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Synesius Subalidinata saat ditemui Tim Gudegnet beberapa waktu yang lalu, mengungkapkan keprihatinannya akan kondisi pendidikan terutama muatan lokal bahasa Jawa. Saat ini banyak orang tua yang tidak turut ambil bagian dalam memberi edukasi akan bahasa ibu asli Jawa itu.
"Para orang tua lebih suka mengajarkan anak-anaknya berbahasa Indonesia, selain itu ahli Sastra Jawa semakin minim," terangnya.
Adanya keresahan tersebut, Tim dari Museum Sonobudoyo ingin ambil bagian meski tidak dalam model pendidikan yang berdasarkan kurikulum namun lebih kedalam pelestarian baik itu naskah maupun dalam berbahasa Jawa. "Saat ini muatan lokal bahasa Jawa dikurangi, agar anak-anak tidak lupa dengan aksara Jawa, maka melalui media inilah mereka bisa belajar," tutupnya ramah.
Kirim Komentar