Menjadi fotografer terkenal tidak membuat Alvin Fauzi jumawa. sosok muda berbakat kelahiran Jayapura, 29 april 1989 ini mantap memilih profesi yang jauh dari latar belakang pendidikan utamanya yakni ekonomi.
Meniti karir dibidang fotografi semenjak 2009, ia kemudian membuat studio bernama Alvin Photography yang beralamat di Jl. Anggajaya III, Condong Catur, Yogyakarta dan cabang baru di Jl. Tlogosari Raya II no 10, Semarang.
Menginjak usia ke-6, Alvin Photography kemudian membuat sebuah acara bertajuk Alvin Photography 6th Anniversary Photo Hunting yang dilangsungkan di KPH4 UGM yang merupakan bekas lokasi shooting film Tcokroaminoto.
"Ajang ini kami gunakan sebagai ajang silaturahmi antar komunitas fotografi di Yogyakarta, tujuannya agar masing-masing diantara mereka terjalin komunikasi yang apik", tukasnya kemarin sore distudio dikawasan Condong Catur.
Dalam melaksanakan bisnis fotografi, Alvin memiliki cara dalam memuaskan klien baik untuk kebutuhan foto pre wedding dan juga wedding. Detil dalam menentukan dekorasi, make up, kostum, properti hingga bentuk album guna menegaskan gaya sesuai keinginan klien turut digarap oleh tim.
Hingga kini, tak hanya peluang bisnis wedding dalam negeri yang ia garap, namun ceruk bisnis foto pre wedding di luar negeri juga ia buatkan paket promosinya.
"Sementara ini kami masih mengerjakan paket pre wedding di Singapura, Malaysia, hingga Korea. Paket tersebut kami jual mulai harga Rp 18 juta", kata alumnus Universitas Islam Indonesia tersebut.
Saat melakukan sesi foto, ia mengaku tidak pernah menggunakan lighting jika proses pengambilan gambar diluar ruangan. Semua harus asli, tanpa adanya penambahan lampu, ciri khas yang seperti inilah yang ternyata banyak dicari oleh pengguna jasanya.
"Kami mengandalkan cahaya matahari, main flare, dan tone color lebih ke pastel", jelas bungsu 12 bersaudara ini.
Ada saat-saat yang perlu perjuangan manakala mengajak klien yang ingin mendapatkan hasil foto yang sempurna. Ia harus mengajak diskusi klien mulai dari konsep, lokasi hingga waktu yang paling tepat dalam melakukan proses pengambilan foto.
"Jika hasilnya ingin baik ya memang harus ada keterbukaan diantara kedua belah pihak, penyatuan konsep, masukan serta usulan menjadi pertimbangan kami dalam merealisasikan keinginan klien", katanya.
Meski ia mengambil profesi yang berbeda dengan apa yang ia pelajari selama kuliah, Alvin mengaku bersyukur dengan apa yang ia nikmati saat ini. Saat ditanya oleh Tim Gudegnet mengenai omset bulanan yang didapatkan, ia mengaku merahasiakannya. Bagaimana? Anda tertarik mengikuti jejak pemenang Global Student Entrepreneurs’ Award ini?
Kirim Komentar