Ini nih jagoan baru Jogja yang baru saja meluncurkan mini album terbaru mereka bertajuk Live at Appleseed. Band yang beranggotakan Ade Amanda (vocal), Riyo Mahendri (guitar, vocal), Aga Yoga (bass), itu mantap memberi nama band mereka dengan nama Kavvah.
"Kavvah sendiri memiliki arti menyeluruh, jadi filosofinya ya kami ingin hasil yang maksimal dan totalitas," jelas Riyo.
Nama unik ini awalnya tercetus dari obrolan Burjo dengan co owner Horseriding Record, Harrys di warung yang ada seorang santri sedang ngobrol dengan mereka. Kata Kaffah diambil dari celetukan orang yang sedang ngobrol tadi.
Saat Tim Gudegnet bertanya seberapa besar peran perusahaan rekaman diera digital saat ini, Riyo dengan mantap mengatakan bahwa major label di Indonesia kurang berani bermanuver dalam penentuan artis. Mereka hanya melihat selera pasar yang sekiranya dapat diperjualbelikan.
"Tidak menekankan atas pasar itu bisa diciptakan, ini sangat berbeda jauh ketika major label di Eropa yang berani menggaet artis yang memiliki warna unik dan bahkan bukan diranah mainstream." tambah Riyo.
Menariknya, dunia musik indie saat ini lebih bebas bereksplorasi karena mereka dapat menyentuh dunia digital yang sepertinya memang sudah jadi keharusan untuk masuk didalamnya.
Menurutnya, semakin berkembang sebuah fasilitas, maka semakin banyak muncul kemudahan, semakin mudah orang menyebar apa aja. Banyak musisi mem-blow up karyanya di soundcloud / situs semacamnya. Tapi hanya sebagian kecil yg eksis di dunia nyata.
"Promo diinternet sih boleh saja tapi kembalilah ke real life. Kalau Kavvah sih karena kami berproses dan berkembang didunia nyata, jadi lebih percaya nge-gigs dan bersinggungan dengan temen media itu lebih jitu dalam promo." tutupnya ramah.
Kirim Komentar