Saat ini sudah terjadi krisis kemanusiaan, sebab semakin banyak orang yang berjuang guna mendapatkan pengobatan untuk penyakit tidak menular (NCD atau Non Communicable Diseases), seperti penyakit paru dan jantung, kanker, dan diabetes. Setiap tanggal 29 September, diperingati sebagai Hari Kesehatan Jantung Sedunia (World Heart Day) yang tahun ini mengambil tema ‘healthy heart choices for everyone in everywhere’. Apa yang sebaiknya kita sadari?
Faktor risiko perilaku atau gaya hidup, misalnya penggunaan tembakau dan alkohol, aktivitas fisik yang menurun, dan diet yang tidak sehat, sebenarnya dapat dimodifikasi untuk mencegah NCD. Saat ini tembakau, termasuk efek paparan asap, berhubungan dengan sekitar 6 juta kematian setiap tahun dan diproyeksikan akan meningkat menjadi 8 juta kematian pada tahun 2030. Sekitar 3,2 juta kematian setiap tahunnya berhubungan dengan aktivitas fisik yang tidak memadai. Lebih dari setengah atas 3,3 juta kematian per tahun, berhubungan dengan minuman berbahaya, termasuk alkohol. Pada tahun 2010, sekitar 1,7 juta kematian per tahun akibat penyakit kardiovaskuler berhubungan, dengan kelebihan asupan garam atau sodium. Faktor risiko perilaku tersebut menyebabkan 4 jenis perubahan metabolik yang meningkatkan risiko NCD, yaitu peningkatan tekanan darah, kelebihan berat badan atau obesitas, hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi), dan hiperlipidemia (tingginya kadar lemak dalam darah).
Untuk mengurangi dampak NCD pada individu dan masyarakat, pendekatan komprehensif diperlukan yang melibatkan semua sektor, termasuk kesehatan, keuangan, kebijakan luar negeri, pendidikan, pertanian, dan perencanaan pembangunan. Selain itu, juga mempromosikan intervensi untuk mencegah dan mengendalikan NCD, dengan cara terpenting adalah mengurangi faktor risiko penyakit ini. Solusi berbiaya rendah untuk mengurangi faktor risiko yang dapat dimodifikasi, terutama pembatasan penggunaan tembakau, penghindaran diet yang tidak sehat, memperbaiki kurangnya aktivitas fisik, dan menghindari penggunaan alkohol. Cara lain untuk mengurangi NCD adalah perawatan di layanan kesehatan primer, untuk deteksi dini dan pengobatan tepat waktu. Bukti menunjukkan bahwa intervensi tersebut adalah investasi yang sangat baik secara ekonomi, karena penerapan pada pasien secara lebih awal, dapat mengurangi kebutuhan biaya untuk perawatan yang lebih mahal. Langkah-langkah tersebut dapat diimplementasikan di manapun, termasuk di Indonesia, dan dalam berbagai kondisi sumber daya.
Namun demikian, dampak terbesar yang dapat dicapai adalah menciptakan kebijakan publik dan kehadiran negara, yang mempromosikan pencegahan dan pengendalian NCD, bahkan kalau perlu dengan reorientasi sistem kesehatan nasional. Sebagai contoh adalah Turki, yang merupakan negara pertama yang menerapkan semua langkah terbaik (“best-buy”), dalam mengurangi konsumsi tembakau. Pada tahun 2012, Pemerintah Turki meningkatkan ukuran label peringatan bahaya merokok, sampai menutupi 65% dari total luas permukaan bungkus rokok. Peningkatan bertahap pajak tembakau yang sekarang telah mencapai 80% dari harga eceran total. Selain itu, saat ini telah diberlakukan larangan total akan iklan, promosi dan sponsor rokok secara nasional. Akibatnya, negara mengalami penurunan jumlah perokok 13,4% dalam periode tahun 2008-2012. Hongaria mengesahkan undang-undang pajak komponen makanan dan minuman dengan risiko tinggi bagi kesehatan, seperti gula, garam dan kafein. Setahun kemudian, 40% produsen makanan kemasan, mengubah komposisi produk mereka untuk mengurangi bahan kena pajak, karena penjualan produk makanan menurun 27%, dan orang yang mengkonsumsi produk berbahaya tersebut menjadi 35% lebih sedikit. Argentina, Brazil, Chili, Kanada, Meksiko dan Amerika Serikat telah mempromosikan pengurangan garam dalam makanan kemasan dan roti, bahkan Argentina telah mencapai pengurangan 25% kandungan garam dalam roti.
Pada 2018, Majelis Umum PBB akan mengadakan pertemuan tingkat tinggi ketiga untuk mengevaluasi kemajuan dalam mencapai target global pada tahun 2025. Saat ini terdapat 9 target NCD global meliputi target 1 penurunan 25% kematian dini karena penyakit jantung, kanker, diabetes, dan penyakit pernapasan kronis. Target 2 menurunkan setidaknya 10% penggunaan alkohol. Target 3 penurunan 10% aktivitas fisik tidak memadai. Target 4 menurunkan 30% asupan garam. Target 5 penurunan 30% penggunaan tembakau. Target 6 pengurangan 25% prevalensi tekanan darah tinggi. Target 7 menghentikan kenaikan prevalensi diabetes dan obesitas. Target 8 setidaknya 50% pasien menerima konseling (termasuk kontrol glikemik) dan terapi obat, untuk mencegah serangan jantung dan stroke. Target 9 tersedia 80% obat penting yang terjangkau, termasuk obat generik, untuk mengobati NCD di fasilitas kesehatan, baik negeri maupun swasta.
Momentum Hari Kesehatan Jantung Sedunia (World Heart Day) mengingatkan kita bahwa faktor risiko peningkatan tekanan darah, berhubungan dengan 18% kematian global karena serangan jantung, diikuti oleh kelebihan berat badan atau obesitas, dan peningkatan glukosa darah, sehingga saat ini sudah masuk dalam sebuah kondisi kegawatan. Data yang cukup mengejutkan, di negara berpenghasilan menengah, termasuk Indonesia, kenaikan faktor risiko gangguan metabolik tercepat justru terjadi pada anak dengan kelebihan berat badan dan obesitas.
Sudahkah kita berbuat bijak untuk anak di sekitar kita?
FX.Wikan Indarto
dokter spesialis anak di RS Bethesda Yogyakarta
Alumnus S3 UGM
Kirim Komentar