Mungkin ini Old Skool tapi demi melestarikan apa yang telah dilakukan oleh luluhur kita perlu sekali kita sebagai generasi muda mempelajari apa yang telah ditularkan oleh Lukman Hakim, penggiat penulisan aksara Jawa menggunakan media daun lontar atau daun siwalan.
Ada sebuah pesan yang ingin ia tularkan pada generasi saat ini. Saat semua yang serba gadget dan instant, ia menularkan pesan melalui Jawigrafi. "Dengan menulis di atas daun lontar seolah tanpa sadar belajar tentang sejarah awal metode menulis di Indonesia." katanya.
Menurutnya, sebelum lontar, budaya menulis dimasyarakat dahulu dilakukan di atas batu seperti pada candi atau arca. Sehingga, diharapkan dengan menularkan cara ini, yakni menulis aksara Jawa, akan menjadi Hal yang bukan lagi kenangan Akan tetapi masih ada dan eksis dimasyarakat kita.
Saat Tim GudegNet bertanya, apakah susah mencari daun lontar, Keem, sapaan akrabnya menjelaskan memang susah untuk mendapatkan daun lontar. Namun ia mengaku mendapat lontar dari perkebunan yang ada diwilayah Tuban, Jawa Timur. "Jadi biasanya, kiriman daun lontar dari wilayah Tuban." terangnya.
Ada trik khusus untuk menulis didaun lontar ini. Tapi menurutnya bukan sebuah keharusan. Pada dasarnya ketika menulis, tentunya kita harus bisa membacanya. Adapun yang membedakan adalah media untuk menulis dengan pisau pengupak atau dengan benda tajam untuk menggores daun. Kemudian untuk memunculkan tulisan tersebut ditorehkan kemiri bakar, dan dilap. "Supaya tidak dimakan serangga bisa dioleskan minyak sereh," tambah Keem.
Tim GudegNet pun bertanya, apakah komunitas belajar menulis aksara Jawa menggunakan media lontar ini banyak, Keem mengaku masih dalam jumlah sedikit yang terlibat didalamnya. Pihaknya selalu terbuka untuk siapapun yang ingin belajar aksara Jawa dan membuatnya di atas daun lontar. "Jadi bisa belajar bersama ditempat yang disepakati untuk belajar menghargai dan mélestarikan aksara Jawa." ungkap Keem.
Pada dasarnya. proses belajar aksara Jawa bukanlah susah. Akan tetapi butuh kesabaran untuk bisa. Bahkan belajar apapun akan sama rasanya. Ngelmu: angel yen durung nemu.
Ia pun berharap supaya aksara Jawa sebagai salah satu kekayaan ilmu dan budaya di Indonesia bisa bersanding di dunia internasional seperti aksara Cina dan Jepang.
Kirim Komentar