Meriahnya pembukaan Biennale Seri Equator #3 semalam dihadiri ribuan orang yang datang dari berbagai wilayah. Event yang mengambil tajuk "Hacking Conflict" yang menggabungkan seniman Indonesia & Nigeria berlangsung meriah. Demikianlah yang Tim GudegNet rasakan semalam.
Semenjak sore hari orang hilir mudik di Jogja National Museum guna menanti upacara pembukaan. Dalam pidatonya, Gubernur DIY Sri Sultan HB X melalui Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Umar Priyono mengatakan bahwa ada sebuah peluang dalam konflik sebagai upaya untuk melakukan terobosan kreatif.
"Rumput itu berbeda dengan beringin yang bertumpu pada satu titik, tunggal, sentralistik, hierarkis. Rumput saling terhubung dengan rumput lainnya dalam pola yang tak teratur," ujar Sri Sultan Hamengku Buwono X memberikan perumpamaan.
Selain mempersembahkan banyak karya seni kenamaan Indonesia dan Nigeria. Acara ini menjadi lebih 'terasa' manakala panitia menyelenggarakan event yang masuk hingga perkampungan 2 bulan yang lalu.
"Menariknya, pergelaran yang diberi tajuk Parallel Event itu datengin 8 komunitas yang bergerak di tengah-tengah kehidupan warga, tujuannya yakni menyasar dinamika konflik yang terjadi di tengah warga." ungkap Divisi Media, Ovie Ermawati saat berbincang-bincang semalam.
Konflik tersebut dapat berupa keresahan mengenai sampah, hubungan antar tetangga, irigasi, kesenian kekinian yang berhadapan dengan seni tradisi, penambangan, sampai hunian baru perumahan. Kompleks dan riil terjadi dalam masyarakat kita.
Tentunya, ada output positif yang ingin dicapai oleh penyelenggara yakni mulai dapat mencari solusi terbaik dalam permasalahan serta ada kemampuan untuk saling tepa slira antara satu dan yang lainnya.
Kirim Komentar