Pernah bekerja sebagai konsultan Bank Dunia dan UNDP tak membuat Helianti Hilman puas. Lantaran sering berhubungan dengan para petani, lantas membuat sudut padangnya pada petani menjadi lebih terbuka. Ia salut pada profesi petani yang mampu mempertahankan banyak varietas padi lokal.
Begitulah awal kisah wanita kelahiran Jember 44 tahun silam ini saat mengisi kuliah umum di FEB UGM Yogyakarta dalam sebuah talkshow bertajuk Meniti Jalan Menjadi Social Entrepreneurship.
Ia bercerita bahwa hingga saat ini petani di Indonesia masih ada yang mengedepankan pertanian berbasis spiritualisme. Hal itu ditemuinya pada petani dikaki Gunung Halimun Salak yang menjunjung keberkahan daripada produktivitas. "Bahkan mereka tidak terbiasa menjual hasil penennya kecuali dibarter atau disimpan sebagai cadangan pangan," katanya.
Para petani itu ada yang menanam dengan membaca bintang. Hama itu dianggap berbagi jatah hidup. Di Magelang, lanjutnya, ia menemui Mbah Suko yang menyimpan benih padi kuno. Pertemuan inilah yang membuat Helianti memulai menjual produk beras organik pertamanya seperti beras Menthik Susu, Cempo Merah, Jenggot Netep, Wangi Menyan dan Andel Abang.
Sejak menjadi CEO PT Javara dari 2008, ia telah melatih 50 ribu petani dari berbagai daerah dengan 747 varian produk dengan 80 persen produk tersebut diekspor ke Amerika dan Eropa.
Ia pun berpesan pada mahasiswa agar tak memanfaatkan kemiskinan masyarakat untuk mendapatkan dana serta dukungan. Menariknya, ia menantang setiap generasi muda untuk berusaha menggali potensi untuk membangun kreatifitas dan kemandirian.
"Jangan segan-segan untuk berkunjung pelosok Semakin aneh dan terpencil, maka kamu akan menemukan surga dan mutiara baru di sana, tutupnya ramah.
Kirim Komentar