Kesehatan

Kedip-Kedip dan Ketakutan Terserang TIC

Oleh : Albertus Indratno / Jumat, 11 Desember 2015 10:02
 Kedip-Kedip dan Ketakutan Terserang TIC

Pertanyaan 

Selamat pagi dokter Wikan,

Apa kabarnya? Semoga dokter selalu mendapat kelimpahan rahmat dan kesehatan. Saya dan keluarga senang sekali mendapat pencerahan dari dokter tiap Jumat pagi.

Kalau biasanya saya hanya membaca, sekarang justru yang ingin berkonsultasi. Begini dokter, anak saya laki-laki, usianya hampir 4 tahun. 

Akhir-akhir ini, kurang lebih selama dua minggu ini dia sering berkedip-kedip. Awalnya, saya menyangka karena ia sering bermain gadget (gawai). Lalu, sekarang ia tidak bermain gawai sama sekali. Sayangnya, kedip-kedipnya masih.

Saya lalu googling dan menemukan artikel tentang TIC atau Tourette. Gejalanya sama persis dengan apa yang dialami anak saya. Saya semakin takut karena menurut bacaan yang sama, fenomena ini belum ada obatnya. Bahkan, terapi pun tidak banyak membantu.

Daripada saya dan pembaca yang lain menebak-nebak, sebenarnya fenomena TIC atau Tourette itu apa? Dan bagaimana kami seharusnya menyikapi situasi ini?

Atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.

Ibu Wiryawan di Gedong Kuning 

Jawaban

Halo ibu Wiryawan di Gedong Kuning, apa kabar? Semoga baik dan bugar. Terima kasih atas perhatiannya terhadap rubrik kita bersama dan terima kasih juga atas pertanyaannya.

Memang harus disadari, saat ini kita hidup di era digital, sehingga hampir semua aktivitas dipengaruhi oleh gawai, dan waktu kita dihabiskan dengan gadget. Selain kemudahan, kepraktisan dan kegembiraan karena teknologi canggih gadget tersebut, kita semua sebenranya juga dirugikan oleh perangkat yang sama. Kerugian yang cukup sering adalah kontraksi otot mata yang berlebihan, karena pandangan dekat jauh lebih sering dilakukan, termasuk oleh puter Ibu Wiryawan yang baru berusia 4 tahun.

Pandangan jarak dekat ke layar monitor dan aktivitas yang memicu adrenalin karena serunya game atau mepetnya waktu, akan memicu kerja keras otot mata dan sistem saraf pusat. Memang hubungan antara keduanya dengan terjadinya gerakan otot mata berulang seperti berkedip-kedip belum tuntas diteliti. Namun demikian, gerakan ritmis tanpa kendali pada kelopak mata putera Ibu Wiryawan tersebut sangat mungkin adalah tic atau Sindrom Tourette.

Sindrom Tourette (juga disebut penyakit Tourette, sindrom Gilles de la Tourette, GTS atau Tourette atau TS) adalah penyakit neuropsikiatrik yang membuat seseorang mengeluarkan ucapan atau gerakan yang spontan (tic) tanpa bisa mengontrolnya. Penyakit ini diwariskan secara turun temurun dan seringkali dikaitkan dengan pengeluaran ucapan kata-kata kotor, kasar, atau menghina yang tak dapat ditahan (koprolalia), namun gejala ini hanya ada pada beberapa orang yang mengidap sindrom Tourette. Sindrom Tourette bukan lagi merupakan kondisi yang langka, namun tidak selalu diidentifikasi secara tepat karena sebagian besar sindrom Tourette merupakan sindrom yang ringan dan tic yang dikeluarkan berkurang ketika anak beranjak dewasa. Antara 0,4% hingga 3,8% anak yang berusia antara 5 hingga 18 tahun mungkin mengidap sindrom Tourette. Sindrom Tourette yang ekstrem pada orang dewasa jarang ditemui, dan sindrom ini tidak memengaruhi kecerdasan atau harapan hidup.

Sindrom ini dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan, namun sebab pastinya masih belum diketahui. Saat ini masih belum ada penanganan yang efektif, namun beberapa obat dan terapi dapat digunakan. Pendidikan merupakan bagian yang penting dalam penanganan. Nama sindrom ini berasal dari Georges Albert Édouard Brutus Gilles de la Tourette (1857–1904), dokter dan neurolog Perancis yang menerbitkan catatan tentang sembilan pasien yang mengidap Tourette pada tahun 1885.

Untuk itu, saya menganjurkan agar ibu Wiryawan mengajak puteranya untuk berkonsultasi dengan dokter terdekat, terutama untuk memastikan apakah gerakan kelopak matanya benar tic atau bukan. Selain itu, Ibu Wiryawan dan semua orang tua sebaiknya mendampingi putera-puterinya, agar menggunakan gadget secara bijak. Pengaturan waktu, durasi, posisi, dan jarak pandang dalam penggunaan gadget, akan menghindarkan anak kita dari dampak buruk gadget terhadap perkembangan anak. Terima kasih.

Salam sehat,

 


DR. Dr. Fx. Wikan Indrarto, SpA
Rumah sakit Bethesda
Yogyakarta


0 Komentar

    Kirim Komentar


    jogjastreamers

    JOGJAFAMILY

    JOGJAFAMILY

    JogjaFamily 100,9 FM


    SWARAGAMA 101.7 FM

    SWARAGAMA 101.7 FM

    Swaragama 101.7 FM


    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RETJOBUNTUNG 99.4 FM

    RetjoBuntung 99.4 FM


    JIZ 89,5 FM

    JIZ 89,5 FM

    Jiz 89,5 FM


    SOLORADIO 92,9 FM

    SOLORADIO 92,9 FM

    Soloradio 92,9 FM SOLO


    UNIMMA FM 87,60

    UNIMMA FM 87,60

    Radio Unimma 87,60 FM


    Dapatkan Informasi Terpilih Di Sini