Sebaik-baiknya bapak, percayalah nak, mereka bukan ibumu. Ungkapan guyonan ini seperti mengingatkan kita ibu segalanya. Mother is everything. Everything is mother. Bahkan, saking spesialnya “malaikat yang turun ke bumi” itu sampai-sampai ada peringatannya. Yap, setiap 22 Desember. Ini saatnya buat kalian yang selama ini bandelnya ngga’ ketulungan datang dan minta maaf, sungkem dan minta restu. Restu apa? Restu untuk melanjutkan ke-bandel-an. Buat yang dikasih nasehat lebih asyik baca twitter, nah, loh, sekarang saatnya benar-benar memperhatikan ibu.
Ketimbang ke tempat-tempat hiburan atau main kesana-kesini dan beli kado mahal-mahal tanpa esensi, gudeg.net merangkum beberapa permainan anak tradisional yang bisa dilakukan bersama “mamah” saat Hari Ibu. Apaan tuh? Ini dia listicle-nya.
#5 Dhelikan
Dhelikan lebih dikenal petak umpet atau jelungan ini memang salah satu permainan legendaris yang mulai ditinggalkan.
Anak-anak di Yogyakarta dulu memainkannya. Cara bermainnya sederhana, satu orang anak bertugas mencari anak-anak yang sedang bersembunyi. Mereka yang mencari ialah yang kalah dalam pingsut atau suit atau ditemukan pertama kali. Untuk menyambut hari Ibu, kalian bisa memainkannya bersama “mamah” di rumah. Bisa rumah sendiri atau rumah tetangga.
#4 Dhuk Ter
Jenis permainan tradisional ini biasa dilakukan anak-anak di daerah Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul. Awalnya, permainan ini menggunakan biji benguk (sejenis kara/kecipir). Sampai sejauh ini permainan Dhuk Ther hanya terdapat di daerah Gunung Kidul saja.
Asal mula nama Dhuk Ther diperkirakan dari cara bermainnya. Awalnya pemain harus membuat lubang di tanah atau disebut luwokan atau wokan. Setelah lubangnya jadi, biji benguk tadi digerakkan menggunakan ibu jari. Posisinya seperti bermain kelereng. Benturan antara jari dan biji itulah yang menimbulkan bunyi ther. Pemain dianggap kalah kalau jumlah biji yang masuk ke lubang lebih sedikit. Permainan ini biasa dilakukan anak perempuan.
Dulunya, mereka yang kalah mendapat hukuman yang disebut gethokan (pukulan pelan-pelan) menggunakan belakang jari tengah sebanyak lima kali berturut-turut pada lutut.
Nah, untuk menyambut hari ibu, hukumannya bisa dimodifikasi dengan kecupan di kening atau belaian di rambut sambil berkata : I love you..
#3 Bas-basan
Permainan bas-basan menggunakan biji atau batu yang bisa didapatkan di mana saja. Pemain berhasil mendapatkan biji dari lawan saat berhasil melompati biji tersebut. Semakin banyak biji yang diperoleh, maka pemain tersebut dinyatakan menang.
#2 Angklek
Permainan tradisional anak Angklek banyak berkembang di Daerah Istimewa Yogyakarta dan daerah-daerah lain. Perbedaan biasanya dalam hal nama dan bentuk arenanya. Ada yang menyebutnya sebagai Teklek, Ciplek Gunung atau Sunda Manda.
Sebelum dimulai, pemain menggambar bentuk kotak seperti yang diinginkan menggunakan batu kapur. Biasanya ada 12 kotak. 3 mendatar. Sisanya memanjang. Bentuknya menyerupai salib. Pemain lalu melompat dari satu kotak ke kotak lainnya menggunakan satu kaki. Permainan ini bisa dilakukan anak-anak berbagai usia.
Sedangkan alat yang digunakan berupa pecahan tembikar atau batu pipih yang diletakkan di punggung tangan dan dibawa melompat menggunakan satu kaki di atas kotak.
#1 Ganefo
Permainan tradisional Ganefo dimainkan anak-anak di daerah Depok, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Cara memainkannya dengan menyusun batu atau pecahan genting dalam bentuk bertumpuk dan diletakkan di tengah lingkaran. Lalu, ada seorang anak yang tugasnya menjaga susunan batu-batu tersebut agar tidak roboh.
Sambil berjaga, si anak harus mencari pemain lain yang bersembunyi. Sedangkan mereka yang bersembunyi bisa menyelinap lalu merobohkan batu-batu tersebut, lalu “si penjaga” harus menyusun ulang. Begitu seterusnya.
Peserta yang berhasil merobohkan langsung meneriakkan kata “ganefo” keras-keras. Meskipun permainan ini berkembang di kecamatan Depok, namun di Gunung Kidul juga ada. Dikenal sebagai Ganepo.
Selamat hari Ibu. Percayalah, seorang ibu is a mother.
Kirim Komentar