Mbak Maria Harfanti, selamat ya! Sudah beberapa hari ini saya memandangi layar visual google trends. Dan lagi-lagi nama panjenengan (Anda) menjadi kata-kata yang sering dituliskan untuk wilayah Indonesia. Tentu saja, ini pertanda panjenengan sekarang sudah mintilihir, terkenal, famous dan mumbul di dunia maya. Bisa jadi karena panjenengan sekarang Second Runner Up Miss World 2015.
Saya senang karena akhirnya saya punya inspirasi. Ya untuk melihat wajah mbak-nya di images.google.com. Saya kaget. Ternyata panjenengan sama seperti saya ya: manis. Mbak Maria – kalau boleh saya panggil begitu. Tentu, panjenengan lelah harus senyum terus, bersikap manis selalu serta berusaha jadi pribadi terbaik karena status. Ndak apa-apa mbak, sini saya puk-puk. Pundak saya masih lebar kok kalau buat panjenengan.
Kalau mbak Maria besok liburan dan main ke Yogyakarta, ingat ya mbak; Yogya itu istimewa. Bahkan, kota ini mendekati sempurna. Bukan karena semuanya serba indah dan tertata. Tapi karena ada juga bagian-bagian yang bikin nyesek. Bukankah hidup yang perfecto dan numero uno itu mirip yin dan yang, nasi rawon sama kucing yang tiba-tiba nendang mangkoknya, gado-gado sama bungkusnya yang sobek. Iya to mbak?
Nah, seperti janji gudegnet di judul, ini mbak Maria, ada 10 makanan yang harus dicoba saat panjenengan lelah beraktifitas pada ajang Miss World 2015. Makanan ini sederhana mbak. Benar-benar sebuah kebalikan dari hidup yang glamour, grande dan penuh metafora. Semoga mbak Maria suka. Ndak perlu disuapi to?
Ini dia daftarnya;
#9 Unter – Unter
Ada juga yang menyebutnya untir-untir, pluntir, untir atau kue tambang. Kue ini terbuat dari tepung terigu, gula pasir serta beberapa bahan lainnya. Dinamai kue tambang karena bentuknya yang melilit seperti tambang. Biasanya kue ini disajikan saat arisan ibu-ibu, Idul Fitri atau Idul Adha. Warnanya pun beragam. Ada yang coklat muda. Ada yang lebih gelap. Biasanya untuk menjaganya tetap renyah, kue ini dimasukkan ke dalam toples. Selain cocok sebagai teman minum teh, kue tambang atau unter – unter ini pas buat kudapan untuk belajar.
Di beberapa pasar tradisional, kue ini masih relatif mudah ditemui. Harganya pun beragam. Per kilonya antara Rp 30000 – Rp 40000. Sebelum membeli, panjenengan sebaiknya mencoba terlebih dulu karena ada yang sudah lama tersimpan dan dibungkus kurang rapat sehingga rasanya tengik. Selain itu panjenengan bisa membeli yang warnanya sama.
#8 Madumongso
Meskipun namanya menggunakan kata “madu” makanan ini tidak ada hubungannya dengan madu sama sekali. Mungkin karena rasanya saja yang sama-sama manis. Nah, bagi yang punya kecenderungan punya kadar gula tinggi sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan yang sangat menggoda ini.
Makanan yang terbuat dari ketan hitam ini rasanya asam dan manis, hampir menyerupai makanan tapai karena ada proses fermentasi dari ketan hitam. Setelah itu, baru ditambahkan gula, santan serta buah nanas untuk dimasak hingga menyerupai dodol / jenang. Untuk menjadikannya lebih menarik, madu mongso dibungkus kertas cantik berwarna-warni. Harga satu kotak berisi 10 madumongso antara Rp. 10000 – Rp 12000. Untuk mendapatkannya, panjenengan bisa membeli di pasar Kotagede, Yogyakarta.
#7 Jenang Krasikan
Lain ladang lain belalang. Lain lubuk lain ikannya. Situasi itu juga terjadi dengan jenang krasikan. Meskipun secara tekstur dan rasa serupa namun beda wilayah penamaannya pun berlainan. Di daerah Jawa Barat, makanan manis, lengket serta agak membal ini disebut dodol. Sedangkan di Jawa Tengah dan sekitarnya dinamai jenang.
Jenang Krasikan atau disebut juga kue Ladu ini menjadi camilan favorit untuk oleh-oleh khas Jawa Tengah. Uniknya, makanan ini membuat penikmatnya merasakan sensasi yang berbeda. Dalam bahasa Jawa sebutannya ngeres atau seperti berpasir ketika dikunyah.
Selain itu cara memasaknya pun sangat unik. Bahan dasar berupa beras kentan dicampur santan, gula merah, serta parutan kelapa. Lalu, ketiganya dimasak di dalam satu periuk selama beberapa jam. Setelah mengental, adonan jenang itu diletakkan di wadah seperti loyang sampai dingin. Proses terakhirnya dipotong-potong sesuai selera. Biasanya hanya persegi panjang, lalu dibungkus plastik bening.
Untuk mendapatkannya, panjenengan bisa mengunjungi beberapa tempat oleh-oleh. Harganya bervariasi, tergantung ukuran dan “nama besar” pembuatnya. Sedangkan bagi yang ingin langsung mengunjungi “markas besar” pengrajinnya bisa datang ke rumah ibu Sunarti di Dusun Glagah, Desa Sirahan, RT 19, RW 05, Salam, Magelang, Jawa Tengah. Atau menghubungi nomer 0813 2887 9887.
#6 Kuping Gajah
Makanan kecil berentuk bulat dengan lingkaran hitam-putih ini memang termasuk legenda. Selain biasa disuguhkan saat Idul Fitri dan Idul Adha, makanan ini juga laris manis jadi kudapan saat arisan di lingkungan rumah tangga.
Kuping gajah sendiri ada dua motif yaitu hitam bergaris putih dan putih kekuningan bergaris putih. Saat ini sedang nge-trend yang warnanya hitam. Keduanya sama-sama terbuat tepung terigu, margarin, gula bubuk, garam, vanili bubuk, telur ayam serta santan kental.
Harga satu kilogram kuping Rp 40.000. Saat ini Kuping Gajah relatif mudah ditemui terutama di pasar-pasar tradisional seperti pasar Kotagede atau Beringharjo di Yogyakarta.
#5 Endog Gludug
Jika diartikan satu persatu, nama Endog Gludug terdengar gahar. Endog dalam bahasa Jawa berarti telur. Sedangkan gludug bermakna gemuruh. Kalau digabungkan jadi telur yang bergemuruh. Wuih, selain serem juga absurd ya?
Nama lainnya pia telur gajah. Salah satu penjual makanan di pasar Kotagede menyebutnya sebagai pia telur penyu. Istilah itu muncul karena jajanan ini mirip kue pia dengan ukuran yang lebih besar. Sedangkan dikaitkan dengan “telur penyu” karena secara visual bulat dan putih mirip dengan telur hewan amfibi itu.
Menurut beberapa sumber, endog gludug ini banyak terdapat di kota Banyumas, Purwokerto serta Purbalingga. Namun, di pasar-pasar di provinsi Yogyakarta juga ada.
Bahan pembuatnya hampir sama dengan pia yaitu tepung terigu. Setelah beberapa bahan dicampur, pia ini lalu dibakar menggunakan oven bata berbentuk silinder. Campuran antara tepung terigu dan gula merah dilekatkan di dinding tungku. Setelah melembung karena panas, adonan itu akan berbentuk setengah telur. Agar tidak gosong atau meletus, maka si pembuat harus segera mengangkatnya.
Setelah matang dan dingin, kita akan mendapatkan Endog Gludug yang garing di luar tapi renyah di dalam. Saat ini selain berisi gula merah, ada berbagai rasa varian seperti bawang, nangka bahkan durian. Untuk membelinya, Anda cukup merogoh kocek Rp 8000 per bungkus.
#4 Kue Jahe Bentuk Orang
Salah satu kutipan yang paling terkenal dari cerita rakya berjudul The Gingerbread Man ialah run, run, fast as you can. You can’t catche me. I’m the gingerbread man!
Awalnya, istilah kue jahe ini berasal dari negara Inggris sekitar abad ke 15. Jauh sebelumnya, jahe atau akar jahe tumbuh dan berkembang di daratan Cina dan digunakan sebagai bahan obat. Lalu mulai berpindah ke Eropa melalui Jalur Sutera. Selama abad pertengahan jahe digunakan sebagai campuran saat memasak daging.
Sedangkan Raja Henry VIII pernah berkata ia menggunakan jahe untuk melawan wabah penyakit. Bahkan, sampai hari ini sebagian besar anggota masyarakat memanfaatkan jahe untuk mengobati sakit perut atau gangguan pencernaan lainnya. Dalam bahasa Sansekerta dikenal sebagai srigavera yang diterjemahkan sebagai “akar yang mirip tanduk kijang”.
Menurut Rhonda Massingham Hart, awalnya resep kue jahe ini berasal dari Yunani, 2400 SM.Meskipun bangsa Cina memiliki resepnya sejak akhir abad pertengahan, namun bangsa Eropa punya versinya sendiri tentang roti jahe.
Saat itu kue jahe atau istilah lainnya roti keras. Sejak dulu kue ini dimodifikasi menjadi berbagai bentuk seperti binatang, raja atau ratu. Ratu Elizabeth I juga menjadi salah satu inspirasi bentuk roti jahe
Ketenaran roti jahe ini semakin meluas, bahkan di negara Inggris ada festival yang dinamai Gingerbread Fairs. Saat itu jajanan keras ini dibentuk beraneka rupa seperti bunga atau burung. Kue ini semakin terkenal karena bersinergi dengan ikon-ikon pop yang digandrungi publik saat itu.
Beda di Inggris, lain di Jerman. Saat itu sekitar abad ke 16, di negara Angela Merkel itu ada sebuah rumah yang disebut gingerbread houses. Rumah yang dihias menggunakan kertas perak dan emas beraneka rupa itu dibuat semeriah mungkin seperti halnya pernak-pernik Natal. Popularitasnya semakin naik saat Brothers Grimm menulis kisah Hansel and Gretel yang terperangkap di rumah jahe di tengah hutan. Ada kisah lucu, dulu, saking berharganya, roti jahe ini dulu digunakan penjajah Inggris untuk menyuap para pemilih dari negara koloni untuk memenangkan satu calon.
Untuk resep membuatnya pun bermacam-macam. Buku resep masakan pertama di Amerika yang berjudul American Cookery karangan Amelia Simmons mengulas tiga varian roti jahe. Sedangkan versi lainnya yang lebih “soft” disajikan Mary Ball Washington, ibu mantan presiden Amerika Serikat, George Washington saat menjamu Marquis de Lafayette. Sejak saat itu roti jahe itu dikenal sebagai Gingerbread Lafayette.
Sedangkan masuknya roti jahe ini sendiri di Indonesia kemungkinan besar dibawa penjajah Belanda. Ada perbedaan bentuk antara kue jahe yang ada di Eropa dan di Indonesia, khusunya di Yogyakarta. Kue jahe di Eropa bentuknya jelas seperti manusia dimana ada kepala, tangan serta kakinya. Sedangkan yang ada di Yogyakarta masih “menyerupai” bentuk manusia.
#3 Clorot
Nah, makanan ini yang mencarinya sampai rasanya membuat tim gudegnet kepengin salto sambil snorkeling. Sehabis membelah pasar Kotagede, langsung ke pasar Beringharjo, lanjut pasar Pathuk keesokan harinya, lalu diakhiri di pasar Demangan. Hasilnya nihil. Berbekal informasi dari beberapa pedagang di pasar Pathuk, esok paginya tim kembali lagi.
Ternyata pedagang makanan manis berbalut daun janur ini ada di dekat pintu masuk di sebelah selatan pasar Patuk. Saat ditanya, kenapa kemarin (Selasa_red) tutup, ia menjawab hanya berjualan Rabu, Sabtu serta Minggu saja.
Makanan khas dari daerah Grabag, Purworejo ini sudah ada di Yogyakarta puluhan tahun lalu. Awalnya, kue berbalut daun kelapa (janur) ini hanya ditemui di pasar Grabag, Purworejo.
Cara memakannya pun unik. Anda tidak perlu membuka bungkusnya dari atas. Cukup bagian bawahnya di tekan menggunakan jari telunjuk sampai ujung kuenya keluar. Bagi Anda yang kurang sabar, bisa menarik ujung janurnya, lalu membukanya sampai ke bagian paling bawah.
Semakin hari kue ini semakin langka. Pernah tim gudegnet datang agak siang, penjualnya sudah pulang atau kuenya sudah habis. Bahkan, berkali-kali tim mendengar komentar kalau kue clorot sudah langka, keberadaannya hampir “punah” di beberapa pasar di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pemerintah harus campur tangan. Melihat semakin sulitnya mencari kue ini, pemerintah perlu kembali menggalakan budaya konsumsi kue tradisional, dimulai dari konsumsi rapat pegawai negeri atau hidangan pejabat tertentu.
Bagi Anda yang penasaran ingin mencicipinya, bisa ke pasar Pathuk di hari Rabu, Sabtu atau Minggu. Mulai pukul 06.00 – 08.00 WIB. Penjualnya ada di pintu sebelah selatan. Harga per satu ikat (10 clorot) Rp. 7000.
#2 Wedang Tahu
Meskipun kata “wedang” dalam bahasa Jawa berarti minuman, tapi percayalah wedang ini menyerupai sup. Bahannya tofu yang disiram kuah panas terbuat dari gula merah dan jahe. Rasanya manis, sedikit pedas.
Menurut penjualnya, di Yogyakarta hanya ada dua. Yang satu di pasar Pathuk, selebihnya di jalan Pakuningratan. “Kebetulan yang itu (Pakuningratan_red) istri saya sendiri,” kata penjual yang mulai berjualan sejak 2008 itu.
Untuk satu cup wedang tahu, pembeli cukup merogoh kocek Rp. 6000. Selain hangat di tenggorokan, lapisan-lapisan tahu itu terasa lembut di lidah. Rasanya ringan dan sangat cocok menjadi menu sarapan atau bekal bepergian.
Bagi yang ingin membelinya bisa lewat jalan Malioboro, lalu belok ke kanan menuju jalan Pajeksan. Dari jalan it uterus ke barat, pada gang ke dua di jalan Nitidipuran belok kiri. Kira-kira 50 meter ada perempatan kecil, belok ke kanan menuju pasar Pathuk yang lokasinya di kanan (utara) jalan. Setelah memarkir sepeda motor, Anda bisa menemui penjualnya di seberang tempat parkir sepeda motor di selatan jalan.
#1 Permen Warna Warni Isi Biskuit
Bisa jadi generasi tahun 2000-an hanya mengenal permen merah-kuning-hijau yang isinya coklat atau kacang seperti yang diproduksi perusahaan asal Amerika, M & M. Namun, jauh sebelumnya om dan tante kalian sudah akrab dengan produksi lokal yang isinya biskuit.
Selain warnanya cerah, permen ini juga lembut karena berisi remahan-remahan biskuit. Untuk mendapatkannya, relatif lebih mudah ketimbang saat “berburu” kue Clorot. Pada bebeapa pasar seperti Beringharjo dan Pathuk masih ada. Harganya antara Rp. 8000 – Rp. 10000 per bungkus. Yang menarik dari permen ini adalah sensasi klasiknya. Saat tim gudegnet menawarkannya kepada beberapa orang, ada yang berkomentar,” Permennya sudah lama ngga kelihatan di pasar.”
“OMG (Oh My God) ternyata gue udah tua ya. Ini permen waktu masih tk.”
Bagaimana mbak Maria? Sudah selesai membacanya. Oh ya mbak, ada makanan-makanan yang rasanya tidak terlalu manis. Tentu saja itu bukan persoalan buat panjenengan. Ambil saja cermin sambil menikmatinya. Toh, seperti yang sudah saya katakan pada paragraf awal; selain famous, panjenengan juga manis. Namun, tak bikin kadar gula meninggi. Iya kan mbak?
Mas, setau saya Mbak Maria itu finalis Miss World 2015, bukan Miss Universe 2015 :) dv.fyi
Siap! Terima kasih koreksinya :)
Kirim Komentar