Semenjak pagi tadi, berita mengenai Virus Zika yang dibawa oleh nyamuk demam berdarah mencuat dan menimbulkan pertanyaan publik, apakah virus ini berbahaya atau tidak. Tim Gudegnet kemudian melakukan wawancara dengan dr. Tri Wibawa, Ph.D., Sp. Mk., selaku Ketua Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UGM yang akan menjelaskan virus ini.
Terakhir, Virus Zika ini ditemukan di Indonesia pada tahun 2015 lalu oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan terjadi di luar Jawa yakni di Provinsi Jambi. Kala itu ada sekitar 100-an sampel darah pasien yang diuji coba, dan ditemukan 1 yang positif terinfeksi Virus Zika.
Menurut Tri Wibawa Virus Zika yang terdapat di Indonesia dapat pula berbeda dengan yang ada di Amerika Latin. "Perlu ada kajian apakah Virus Zika di Indonesia ini bisa saja beda seperti di Amerika Latin, masih perlu konfirmasi apakah mikrosefalus di Kolombia itu memang disebabkan oleh Virus Zika," tukasnya.
Secara umum, mereka yang terkena virus ini akan merasakan demam, sakit kepala, nyeri di persendian, terkadang muncul ruam merah dan peradangan di mata. "Kalau sampai saat ini sih belum ditemukan kematian dari virus ini, tapi tentunya kita wajib terus waspada, karena di Indonesia itu termasuk potensial terhadap serangan Virus Zika," tambahnya.
Ia mengajak masyarakat untuk terus menjaga kebersihan dengan pola 3M untuk pemberantasan sarang nyamuk. “Hindari vektornya yakni aides aegypti agar tidak berkembang dalam jumlah banyak dan menyebabkan kerugian pada masyarakat. Pencegahan bisa dilakukan seperti pada kasus DBD,” tutupnya ramah.
Kirim Komentar